PANTAI MBENGES DAN PANTAI WATU BALE DI PACITAN, DEBURAN OMBAK YANG TIADA HENTI. - RAGIL SAPUTRI

PANTAI MBENGES DAN PANTAI WATU BALE DI PACITAN, DEBURAN OMBAK YANG TIADA HENTI.

  PANTAI MBENGES DAN PANTAI WATU BALE DI PACITAN, DEBURAN OMBAK YANG TIADA HENTI.

Wilayah Kabupaten Pacitan bagian barat memang sudah tidak diragukan lagi keindahan pantainya, tapi wilayah timur Pacitan juga menawarkan banyak pantai yang tak kalah seru, yang tak kalah menantang adrenalin.

 

Masih dengan team yang sama sebelumnya, saat berkunjung ke Pantai Watu Karung dan Pantai Kasap, kali ini kami berempat mencoba mengunjungi pantai di wilayah timur Pacitan. Agendanya kita bakalan mengunjungi Pantai Pangasan yang ada di Kecamatan Tulakan, tapi karena efek semalam hujan deras, dan prediksi kami kalau masih pagi jalan menuju ke Pantai Pangasan masih susah karena licin dan sebagainya, jadi tujuan pertama kita ke Pantai Mbenges dulu.

 

 

PANTAI MBENGES PACITAN.

 

Pantai Mbenges berada di wilayah kecamatan Tulakan, tepatnya ada di Desa Jetak dusun Krajan. Sebelum menuju ke Pantai Mbenges kita melewati beberapa pantai yang juga menjadi andalan wisata di Kabupaten Pacitan seperti Pantai Wawaran (Desa Sidomulyo Kecamatan Kebonagung) dan yang paling dekat dengan Pantai Mbenges adalah Pantai Watu Bale dan Pantai Pidakan (keduanya ada di Kecamatan Tulakan).

 


Sebelumnya saya juga sudah pernah ke Pantai Pidakan, meski sudah lama baca reviewnya di sini.

 

Akses menuju pantai masih jalan bebatuan, tapi tidak terlalu sulit meski harus tetap hati-hati, apalagi kalau habis hujan. karena di beberapa titik ada genangan air, tapi ini malah membuat semakin seru dan menantang. 

 


 

Dari jalan besar / jalan utama menuju ke Pantai Mbenges mungkin ada sekitar kurang lebih 1 atau 2 km, dengan jalan yang masih bebatuan atau makadam, tapi kita disuguhi alaminya tanah Pacitan, kanan kiri masih banyak tumbuhan berupa pohon pinus, dan pohon sengon.

 

Sampai di Pantai Mbenges suasana masih sepi, yang parkir cuma ada satu sepeda motor, dan sepertinya pengunjung tersebut sedang memancing. Tidak lama kemudian datang beberapa pengunjung yang sepertinya mereka juga mau memancing.

 


 

Karena sepi, berasa di pantai pribadi, Kakak aku sempat bertanya kepada mereka kenapa kok sepi, mereka biasanya ramai tapi ini pas waktunya sepi saja.

 

Pertama datang langsung takjub dan bingung juga sebenarnya karena suara deburan ombaknya kenceng banget dan tiada hentinya, tapi kalau dilihat ke arah pantai tenang dan tanpa pergolakkan, ternyata deburan ombak ada di bawah batu karang, jadi tidak bisa melihat langsung seperti di pantai pada umumnya. Biasanya kalau di pantai di semua titik bisa melihat deburan ombak khas pantai selatan yang tiada hentinya. 

 


 

Waktu kami kesana, cuma ada sekitar tiga rombongan, dua rombongan yang sengaja datang untuk memancing, kurang lebih sekitar 6 orang, sedangkan kita yang cuma berempat memang berniat untuk melihat keindahan Pantai Mbenges.

 

Meski sama-sama pantai lepas, tapi pantai Mbenges memberikan suasana yang berbeda dibanding pantai-pantai yang ada di Pacitan lainnya. Ombak khas Pantai Selatan, yang tiada henti jika pada umunya ombak akan menyentuh daratan atau di pinggiran pasir pantai, kalau di Pantai Mbenges deburan ombak langsung menyentuh atauh menghantam batu karang.

 

Selain itu suasana yang masih jauh dari sentuhan tangan manusia, membuat suasana di Pantai Mbenges masih syahdu dan menenangkan. Apalagi ditambah beberapa pohon kelapa yang tumbuh di sekitaran pantai, menambah suasana semakin bentah.

 

Sebenarnya, pengen banget berlama-lama di Pantai Mbenges, sekedar duduk melihat birunya pantai, di kombinasi suara deburan ombak yang menghantam karang dan sepoinya angin pantai membuat kombinasi keindahan dunia ini semakin sempurna.

 

Masih belum banyak sentuhan tangan, tapi meskipun begitu ada beberapa spot foto pengunjung yang sengaja di buat oleh pengelola. Untuk saat ini masih belum ada orang jualan, jadi bisa dikatakan fasilitas masih sangat minim untuk pengunjung.

 

Tapi ada keuntungannya dibalik belum ada fasilitas lengkang dan masih belum membludaknya pengunjung, kita bisa puas menikmati keindahan alam pantai ini.

 

Untuk biaya masuk, saya kurang tahu, karena waktu sampai lokasi, penjaga loket masih belum ada, sedangkan pas balik pulang penjaga loket sudah ada tapi kita tidak dihentikan untuk di suruh bayar, jadi kita melanjutkan perjalanan menuju ke Pantai Watu Bale. Kemungkinan kurang lebih sama besarnya tiket masuk dengan pantai-pantai yang ada di wilayah Pacitan, yaitu sebesar Rp. 10.000,-.

 

Kenapa pantai seunik ini masih sepi pengunjung? karena akses jalan menuju ke sana masih berupa tanah dan batu, bagi saya secara pribadi tidak terlalu extream medan jalan masuk menuju ke Pantai, tapi untuk jalan menuju tempat wisata, masih sangat kurang layak. Semoga kedepannya mendapat perhatian lebih baik dari pemerintah desa atau pemerintah kecamatan/ kabupaten.

 

PANTAI WATU BALE

 

Letak Pantai Watu Bale masih satu desa yang sama dengan Pantai Mbenges, yaitu Desa Jetak Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan. Jika jalan menuju ke Pantai Mbenges masih berupa tanah dan batu-batuan, untuk akses jalan menuju ke Pantai Watu Bale ini sudah cukup bagus, karena sudah diplaster. Biaya masuk sebesar Rp 10.000 untuk satu orang dewasa. 

 


 

Ini kedua kalinya aku main ke Pantai Watu Bale, dulu sekitar tahun 2019, aku ke sana dengan salah satu keponakanku. Dulu tiket masuknya cuma Rp. 5.000,-.

 

KEPANTAI WATU BALE PACITAN UNTUK PERTAMA KALINYA, BACA DI SINI.

 

Tidak terlalu banyak yang berubah, dari pertama kali aku datang ke Pantai Watu Bale di tahun 2019, perubahan kedua setelah adanya perubahan tarif masuk dari Rp.5000,- menjadi Rp. 10.000 adalah area tempat parkir. 

 

Pemandangan dari tempat parkir roda 2

Area parkir untuk tempat motor roda dua ada perubahan tempat, entah karena ada renovasi atau memang berubah tempat saya tidak bisa memastikannya. Area parkir roda dua sangat luas, di tempat terbuka, meski suasana sangat teduh, tapi kalau hujan dapat dipastikan kendaraan roda dua pasti basah kuyup, dan kalau musim penghujan pasti agak becek, jadi tetap waspada.

 


Untuk parkir kendaraan roda empat, aku kurang tahu masih dilokasi yang dulu, atau berubah, karena waktu aku ke sana tidak barengan pengunjung yang naik roda empat. Dan waktu di tempat parkir cuma ada beberapa kendaraan roda dua saja, tidak ada kendaraan roda empat yang parkir di tempat parkir tersebut.

 

Dari tempat parkir kita harus berjalan kurang lebih sekitar 500 km, dengan medan yang naik turun tapi aman tidak ada kesulitan sama sekali, karena jalan mulus dan bebas hambatan.

 

Sampai di Pantai Watu Bale langsung di sambut dengan suara deburan ombak. Watu Bale adalah salah satu pantai tanpa pasir karena memang langsung berbatasan dengan karang.

 


 

Meski di Pantai, yang identik dengan panas yang cetar membahana, itu tidak berlaku di Pantai ini, karena Pantai Watu Bale banyak pepohonan sehingga membuat suasana menjadi sejuk, jika lelah berjalan mengelilingi Pantai Watu Bale, pihak pengelola menyediakan banyak kursi tempat duduk. 

 


 

SPOT FOTO.

Di era sekarang, memang kurang afdol kalau jalan-jalan tanpa mengabadikan momen-momen seru, apalagi kalau di tunjang dengan spot foto yang unik dan dengan pemandangan latar belakang yang sangat bagus.

 


 

Di Pantai Watu Bale, kalian bakalan menemukan banyak spot foto yang sangat cantik dan menarik. Tinggal arahkan kamera dengan tepat dan silahkan bergaya sesuka hati.

 

Di Pantai Watu Bale, ada jembatan layang, yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk menyebrang ke pulau karang di seberang. Ada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengunjung jika berniat ingin merasakan sensasi menyeberang di jembatan tali, di mana pemandangan langsung pantai dengan ombak yang terus mengalun tiada henti.


 

Ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung untuk bisa merasakan sensasi yang membangkitkan adrenalin ini. Rp 50.000,- adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan.  



Bagaimana masalah pengamanan, pihak pengelola telah menetapkan beberapa pengamanan untuk pengunjung yang ingin mencoba, tapi sayang waktu saya main ke Watu Bale saat itu, jempatan penyebarangnya sedang tutup. 

 


Ada satu warung yang ada di Pantai Watu Bale, untuk sekedar melepas penat dan melepas rasa dahaga. Harga yang di bandrol untuk segelas besar Es Degan adalah sebesar Rp. 5000,- dan satu porsi cilok seharga Rp. 5.000,- di warung itu selain menyediakan es degan juga menyediakan berbagai variasi minuman,

 

Pemandangan dari Warung juga tak kalah indah, menikmati segelas es degan dan satu porsi cilok agak pedan, diiringi suara deburan ombak adalah salah satu nikmat mana yang bisa didustakan. Ini adalah sungguh hal yang membahagiakan.

Dari Pantai Watu Bale, kita segera beranjak untuk menuju ke Pantai Pangasan, meski masih satu kecamatan yaitu Kecamatan Tulakan, tapi jaraknya yang ditempuh lumayan jauh dengan medan jalan yang sungguh membuat sinkronisasi antara rem tangan, gas dan rem kaki sangat sangat memerlukan konsentrasi tinggi.

 

Sudahkah kamu ke Pantai Watu Bale? kalau belum jika ke Pacitan jangan lupa mampir ke Pantai Mbenges dan Pantai Watu Bale.

Untuk postingan ke Pantai Pangasan, SEGERA 

 


 


Disqus Comment

Formulir Kontak