Wanita dan kecerewetannya
seperti sepasang kekasih yang lagi fall
in love, tidak bisa terpisahkan. Semua pasti setuju kalau sebagian besar
wanita memang cerewet.
Menurut Felix Siauw di videonya
yang berjudul “Karunia Terindah Untuk Wanita” mengatakan bahwa laki-laki
mempunyai kosa kata lebih sedikit dibanding wanita. Jika rata-rata seorang
wanita perharinya mengucapkan 20.000 kata maka seorang pria hanya memerluka
10.000 kata perhari.
Itulah mengapa meskipun sudah
seharian diluar rumah, wanita masih punya banyak energi untuk berbicara,
apalagi kalau didukung dengan tibanya di rumah, rumah berantakan, anak belum
pada mandi, belum memasak. Energi mereka malah akan semakin terisi penuh. Terisi
penuh untuk marah maksudnya. Ha ha ha
Menghadapi kecerewatan wanita
itu hanya perlu telinga yang bandel dan hati yang seluas samudra. Pasti semua
pernah merasakan rasanya diomeli bukan? Biasanya siapa yang sering ngomel? Ibu,
istri, kakak perempuan atau siapa? Salah naruh gelas aja urusan bisa panjang
lho, pernah mengalami hal sepele tapi malah bikin nguras emosi?
Tapi pernah nggak sih kalian
berfikir tentang segi manfaat dari seorang wanita yang mungkin aku bisa
menyebutnya bahwa wanita itu memang sudah fitrahnya untuk cerewet akan banyak
hal. Cerewet kok ada manfaatnya. Yang ada bikin telinga dan hati panas. Ha ha
ha
Tetapi beberapa hari kemarin,
ada sesuatu yang membuat aku berfikir “untung ibu orangnya cerewet”, kenapa aku
berfikir seperti itu, aku langsung teringat beberapa hal. Salah satunya saat
rumah berantakan siapa yang paling cerewet, jawabnya adalah ibu. Bayangkan saja
kalau ibu tidak cerewet diam saja, jadi apa rumahnya, bakalan kayak kapal pecah
kan?
Saat kita sebagai anak-anak mau
berangkat sekolah atau pergi, melihat pakaian yang kita pakai tidak rapi, siapa
yang suka komentar paling panjang? Yang akan menyalahkan kita kenapa tidak
segera menaruh pakaian kotor di tempat cucian. Bayangkan jika saat kita keluar
rumah, pakaian tidak disetrika nampak dekil dan tidak ada yang mencereweti
kita, apa jadinya?
Saat dulu kita masih kecil,
tidak mau makan sayur, siapa yang paling sering ngomel dan tidak kenal lelah
membujuk kita untuk makan sayur? Yaap dia adalah ibu.
Tapi pasti di lingkungan
terdekat, entah saudara atau tetangga pasti ada seorang wanita yang tidak
cerewet, tapi aku merasa wanita yang tidak cerewet itu seperti wanita yang
tidak peduli atau masa bodoh. Tapi ini cerewet dalam hal baik ya, bukan cerewet
yang suka nyinyir dan gosipin tetangga, meskipun dengan ngobrolin tetangga
sebenarnya kita tahu berita dan dan kabar mereka bukan.
Jadi intinya apa sih tulisan ini
aku buat? Tetap bersyukur saat masih ada yang cerewet kepada kita, itu sebuah
bukti bahwa kita masih ada yang memperhatikan bukan? Ada berapa banyak orang
yang menyesal atau merasa rindu karena tidak pernah bisa mendengar kecerewetan
atau omelan sang ibu, istrinya atau bahkan anak perempuannya.
Semoga bermanfaat bagi semua.