Judul film : Assalamualaikum
Calon Imam
Penulis Novel : Ima Madaniah
Penulis Script : Oka Aurora
Sutradara : Findo Purwono HW
Produser : Santi Muzhar
Rumah Produksi : Prized
Production & Vinski Production.
Pemain : Natsha Rizky, Miller
Khan, Andi Arsyil, Merdi Octav dll
“Ya
ALLAH, Ya Rabbi jika suatu saat nanti aku jatuh cinta jangan biarkan cintaku
ini berkurang untukmu hingga membuat aku lalai padamu dan sekiranya aku jatuh
cinta jatuhkanlah hati ini pada seseorang yang mencintaiku karena MU agar
kekuatanku lebih untuk mencintaimu.
Itulah sepenggal doa yang diucapkan
oleh Fisya (Natasha Rizky) selesai Shalat Dhuha dan juga menjadi adegan pembuka
dalam film ini. Mereview atau membicarakan film ini memang sudah terlambat.
Film ini sudah tayang di bioskop pada bulan Mei 2018.
Membicarakan film ini juga tidak akan
lepas dari novel jebolan wattpad dengan judul yang sama yang ditulis oleh Ima
Madani. Novel yang diangkat ke layar lebar, satu yang selalu menjadi pertanyaan
adalah apakah filmnya sama dengan novelnya?
Aku menonton film ini baru beberapa
bulan yang lalu melalu media Youtube, biasanya aku tidak terlalu heboh dengan
film yang diangkat dari novel tapi karena rasa penasaran setelah membaca
kelanjutan dari Assalamualaikum Calon Imam di wattpad yaitu Wa’alaikumsalam
Pelengkap Imam (cerita dari sudut pandang Alif) akhirnya aku memtuskan untuk
melihat film itu via youtube.
Apa kesan aku setelah melihat film
ini?
Sesuai dengan ekspekstasi aku, bahwa
ternyata film yang diangkat dari novel itu pasti berbeda dengan versi aslinya. Cerita
versi layar lebar mempunyai banyak perbedaan yang sangat signifikan dibanding
versi bukunya.
Beberapa perbedaan cerita ASSALAMUALAIKUM CALON IMAN versi buku
dengan versi layar lebar.
- Di cerita
versi novel Fisya lebih sering naik bus umum dalam aktvitas kesehariannya. Sementara
di versi layar lebar Fisya pakai ojek.
- Di versi layar
lebar hubungan ibu kandung Fisya dengan istri baru ayahnya terlihat tidak
harmonis. Padahal kalau versi novel hubungan kekerabatan mereka sangat baik,
hanya Fisya saja yang membenci keputusan sang Ayah tersebut.
- Interaksi
Fisya dan Jidan yang saling ngobrol melalui jendela kamar tidak muncul sama
sekali di versi layar lebar. Padahal adegan ini memberi point plus yang
membuktikan tentang perasaan Fisya kepada Jidan.
- Versi novel Fisya
memberikan predikat pria alkahfi kepada Alif. Fisya sering mendengar orang
melantunkan Al-Kahfi dengan suara merdu tanpa tahu siapa orangnya. Sementara di
layar lebar yang dibaca Q.S Ar-Rahman.
- Di versi novel
Ayah Fisya sudah berhenti menjadi dokter tetapi di versi layar lebar Ayah Fisya
masih menjadi dokter.
- Mengenai
penyakit yang diderita oleh Ayah Fisya, di cerita novel Fisya lebih tahu dulu
bahwa Ayahnya menderita penyakit yang sudah parah, sedangkan dalam versi layar
lebar Fisya menjadi orang yang paling terakhir dalam menjenguk sang ayah. Padahal
waktu membaca momen Ayah dengan Fisya ini mampu membuat aku menangis, sedih
banget.
- Setting
lokasi kalau di cerita novel sepenuhnya ada di Jakarta,
sementara di layar lebar selain Jakarta ada Makassar juga.
- Seingat aku,
di versi buku adegan fitting baju
pengantin yang memunculkan pria salon yang kemayu itu tidak ada, tapi entah
kenapa di layar lebar ada.
- Di novel Fisya
mempunyai banyak teman yang aktif di organisasi tapi di layar lebar itu tidak
ada, dan hanya punya 1 teman saja.
Selain itu sebenarnya masih banyak
yang di novel ada tapi tidak dimunculkan di layar lebar. Mungkin rumah produksi
mempunyai aturan dan versi mereka sendiri. karena versi novelnya memang lumayan
tebal, dan konfliknya juga tidak hanya tentang pernikahan Fisya dengan Alif
atas permintaan Ayah Fisya dan tentunya tentang penyakit Fisya. Kurang puas liat Mas Alif ngajar, he he he di layar lebar sedikit banget soalnya.
Rumah produksi pastinya mempunyai
perhitungan sendiri dalam membuat sebuah karya. Tapi kalau boleh jujur, aku
tidak puas setelah melihat ini, bukan dari pemilihan karakter para pemain
tetapi dari alur ceritanya.
Bahwa novel yang difilmkan pasti akan
banyak yang tidak puas karena apa? karena kalau novel itu tiap orang punya
gambaran sendiri-sendiri, tetapi kalau layar lebar dibuat berdasarkan pemikiran
satu orang atau tim.
Jadi apakah kalian sudah melihat film
ini? kalau sudah apa tanggapan kalian?
Catatan
: tulisan ini dibuat untuk blog challenge #BlogChallengeSeptember, tema
ke 10 yang diposting di hari terakhir, yaitu Review Film 2019. Dan inilah film
yang aku lihat di tahun 2019. He he he he.