(HARI KEDUA) HAL YANG HILANG SAAT PUASA DI ERA PANDEMI - RAGIL SAPUTRI

(HARI KEDUA) HAL YANG HILANG SAAT PUASA DI ERA PANDEMI

  (HARI KEDUA) HAL YANG HILANG SAAT PUASA DI ERA PANDEMI


 

Ini puasa tahun ketiga di mana status penyebaran COVID-19 masih belum selesai, variasi baru dari COVID-19 masih bermunculan di Indonesia, mulai dari variasi Alpha, Beta, Delta, lalu omicron, deltacron dan semoga sudah tidak ada lagi variasi baru yang akan muncul. Aamiin.

 

Alhamdulilah Wa Syukurilah, di tahun ini ada sedikit kelonggaran dari pihak pemerintah, dengan diperbolehkannya melakukan shalat terawih berjamaah baik di masjid atau di mushola. Kejadian ini menjadi hal yang sangat luar biasa membahagiakan, mengingat sudah dua tahun sebelumnya ada larangan dan anjuran untuk melakukan shalat terawih di rumah-rumah masing.

 

Di sini, sebelum adanya COVID-19 ada tradisi di setiap ramadan yang mungkin juga sama ada di daerah-daerah lain di Indonesia. Tradisi membangunkan orang untuk sahur, kalau di sini kita menyebutnya dengan nama “thethek” ( bukan dibaca te-te-k ya). Thethek atau kentongan yang terbuat dari bambu..

 

Pasti bingung sebenarnya thethek itu nama benda atau nama sebuah aktivitas?

 

Sebelumnya, perhatikan dua kalimat di bawah ini :

 

“Bu, thethek ku neng endi?” (“Bu, thethek ku di mana?) à ini berarti kentongan bambu atau sebuah nama benda.

 

“Koe engko bengi melu thethek ora?” (Kamu nanti malam ikut thethek tidak?) à ini berarti kegiatannya.

 

THETHEK adalah kegiatan membangun orang untuk sahur dengan berjalan keliling desa dengan membunyikan kentongan dari bambu secara ramai-ramai. Biasanya dilakukan oleh anak-anak atau remaja desa itu sendiri.

 

Tidak hanya dengan menggunakan kentongan dari bambu yang dipukul dengan alat seadanya, tapi kadang ada tambah gong, belum lagi suara galon kosong yang dipukul, lalu ada jerigen kosong yang dipukul juga dll belum lagi dengan lagu atau nyanyian yang mereka lantunkan. Kebayang bagaimana berisiknya? Saat semua alat musik dipukul dan suara nyayian beradu bareng,  Berisik banget tapi karena memang berisiknya ini yang membuat orang bangun kemudian sahur.

 

Tidak ada aturan nada atau tempo seperti halnya musik modern, bisa dikatakan memukul kentongannya itu asal pukul, tetapi biar bisa seirama dan senada biasanya memang harus barengan, dan ini perlu latihan yang tidak hanya sehari dua hari untuk menghasilkan nada yang bagus. Lebih susah dibandingkan musik modern, karena tidak ada not baloknya.

 

Apakah mengganggu kegiatan thethek keliling ini?

 

Mungkin iya mungkin tidak, tetapi karena memang hanya sebulan dalam setahun jadi dimaklumi saja, karena memang mereka mempunyai tujuan baik dan nyatanya ini sudah menjadi tradisi dari tahun ketahun dan sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

 

Tapi sayang, sejak pandemi COVID-19 itu artinya sudah ramadan ketiga tidak ada tradisi thethek lagi, karena memang thethek harus dilakukan secara grup atau rombongan otomatis selalu menimbulkan kerumunan banyak orang, sementara salah satu pencegahan penyebaran COVID-19 adalah larangan berkerumun atau bergerombol.

 

Meski dilarang sekarang ini, thethek tetap menjadi salah satu tradisi yang tidak bisa lepas dari bulan ramadhan, keberadaanya selalu ditunggu setiap ramadhan, selalu ada yang kurang saat ramadan tidak mendengar suara thethek keliling kampung.

 

Harapan masih sama dengan harapan dua tahun yang lalu semoga pandemi ini segara berakhir dan ramadahan tahun depan thethek keliling kampung tidak dilarang lagi. Aamiin.

 

Di Pacitan sendiri, kegiatan thethek keliling atau yang biasa dikenal dengan nama rontek keliling, beberapa tahun yang lalu sebelum covid menyerang negeri kita tercinta ini menjadi agenda tahunan yang harus diikuti oleh seluruh desa di kecamatan pacitan sendiri dan tentunya kecamatan-kecamatan yang masih berada dilingkup kabupaten pacitan.

 

Awalnya menjadi agenda setiap ramadan, tapi sejalannya waktu bergeser menjadi agenda tahuan di setiap perayaan hari jadi Pacitan. Dari tahun ke tahun perlombaan Seni Rontek ini semakin meriah dan berwarna, karena tidak hanya sekedar membunyikan suara kentongan bambu yang dipukul tetapi juga ada cerita yang disuguhkan, dengan tarian –tarian yang apik serta kostum yang warna-warni. Dan mereka akan berjalan di rute yang telah ditentukan oleh panitia. Hal ini menjadi hiburan tersendiri untuk seluruh masyarakat di kabupaten Pacitan tanpa terkecuali. Bahkan ada beberapa warga yang sudah meng-keep tempat duduk duluan sejak siang padahal acara dimulai selepas shalat isyak.

 

Sama halnya dengan thethek keliling, Festival Rontek ini juga berhenti sejak adanya Covid-19. Covid kapan kamu enyah dari bumi ini? kami rindu keceriaan dalam keramaain yang sesungguhnya. 

 


 

Disqus Comment

Formulir Kontak