Ragil Saputri: #1Minggu1Cerita
MITOS DAN CARA MENYIKAPINYA

MITOS DAN CARA MENYIKAPINYA



Sebuah mitos yang ada di masyarakat muncul atau ada jauh sebelum kita lahir. Entah dari zaman nenek moyang kita yang ke berapa. Karena memang tidak bisa diukur dengan pasti. Pasti tidak asing bukan dengan kalimat ini “Kata nenek zaman dulu”.

Zaman dulu ya zaman dulu, jangan samakan zaman dahulu dengan zaman sekarang yang semua serba internet, pasti banyak yang sepemikiran dengan kalimat tersebut.

Lalu bagaimana kita harus bersikap saat dihadapkan pada mitos yang mau tidak mau membawa kita harus berhadapan dengan kedua orang tua dan pandangan masyarakat?

Meski banyak juga sebenarnya orangtua yang juga sudah berfikir modern dan menyerahkan semuanya kembali kepada kita, masyarakat pun juga seperti itu, banyak juga mereka yang berfikir bahwa hal ini termasuk urusan pribadi setiap orang jadi mereka tidak berhak untuk turut campur atau menghakimi mereka.
 
sumber : pixabay

Kalau aku pribadi lebih memilih jalur tengah atau bisa dikatakan sebagai bentuk menjaga diri sendiri atau anak kita. Semisal contoh seperti berikut ini :

Waktu ke pantai Balai Kambang di Malang, ada peraturan tertulis bahwa perempuan yang sedang dalam keadaan haid di larang masuk ke dalam pura. Ada temanku yang bilang “Gak usah percaya Da, itu mitos. Lagian kamu bilang katanya udah mau suci.” Suci disini maksudnya periode haid bulan bersangkutan sudah mau selesai.

Aku lebih memilih, nunggu di jembatan, karena kalau memaksa tetap naik. Kalau aman gak masalah kalau terjadi sesuatu siapa yang dirugikan. Lagian itu sudah jelas kan aturannya. Ibarat kata kalau kita masuk rumah orang kan ada sopan santunnya dan setiap rumah punya aturan dan cara sendiri bukan?

Pernah dengar mitos, kalau istri hamil maka suami dilarang untuk memotong ayam (ambil contoh yang paling gampang).

Waktu itu tiba-tiba ibu ingin menyembelih ayam dan memasaknya. Kebetulan kakak laki-laki istrinya hamil, meski udah dilarang sama ibu dia nekad tetap mau bantu untuk menyembelih ayam, ibu udah marah-marah, tiba-tiba kakak laki-laki aku yang satunya bilang “Yen koe ora percoyo mitos e ora popo, tapi paling nggak turutono perintahe sibu.” (Kalau kamu gak percaya mitos itu tidak apa-apa, tapi setidaknya turuti apa perintah ibu).
Akhirnya kakak laki-laki aku yang istrinya hamil, tidak jadi ikut menyembelih ayam, setelah mendengar apa yang dikatakan sang kakak. Nuruti apa yang dibilang orang tua juga tidak ada ruginya.

Atau pernah mendengar kata “sawan”, kalau di tempat aku biasanya anak bayi atau balita dilarang ke luar rumah kalau ada tetangga sekitar yang meninggal atau iring-iringan pengantar jenazah. Bahkan ada beberapa orang yang misal di rumah ada anak balita, pantang masuk rumah sebelum mandi dan ganti baju setelah pulang dari takziah. Ini biasanya disebut ” sawan wong mati” ada juga “Sawan manten” biasanya kalau ada anak kecil yang diajak ke pernikahan dimintai bedak yang dipakai si pengantin perempuan biar tidak kena sawan manten.

Dari tetangga ada yang cerita kalau saudaranya ada yang kena sawan wong mati, dia bilang si anak cuma di kasur saja, nangis terus dan tubuhnya lama-lama jadi kurus, atau kalau di sini disebut mbathang (seperti orang yang mau meninggal). Biasanya kalau kena sewan itu setelah dibawa ke dukun pijat biasanya akan sembuh dan anak kembali ceria.
 
sumber : pixabay

Ada lagi yang bilang, dia percaya gak sawan-sawan gitu, karena setiap pulang takziyah dia nggak perlu mandi atau ganti baju, kalau mau gendong anaknya ya langsung gendong aja, dan tidak ada yang terjadi dengan anaknya.

Kalau pendapat aku pribadi, aku sarankan kalau punya balita, sebelum menggendong atau menghampiri mereka lebih baik ganti baju dengan baju bersih dan setidaknya cuci kaki dan tangan. Karena balita masih sensitif, dia masih peka, kita tidak tahu jenis kuman atau virus apa yang menempel di baju kita, tangan kita atau kaki kita.

Sama halnya ketika kita habis pulang kerja atau berpergian, bau keringat, debu, asap rokok, asap kendaraan, semua berkumpul jadi satu nempel di tubuh kita. Belum lagi rasa lapar, beban pekerjaan kantor, emosi yang tidak stabil. Bayangkan ?

Aku sempat berfikir, dulu mungkin orang belum tah virus atau bakteri atau kuman, jadi kalau ada yang sakit ujung-ujungnya larinya ke dukun. Badan kita kotor habis aktivitas seharian di luar rumah, lalu pas pulang tiba-tiba gendong anak kecil, lalu keesokan harinya si kecil tiba-tiba sakit. Kalau zaman dulu pasti kata orang pintar si anak kena sawan.

Aku percaya pada hal-hal yang gaib, karena percaya kepad hal-hal yang gaib memang sebagian dari iman. Aku percaya ada makhluk lain yang tak kasat mata yang ada di sekitar kita. Kalau kata bapak aku “Meski alam kita dan mereka berbeda, tapi jangan pernah menantang mereka, kalau kita nggak punya ilmu untuk menghadapi mereka.”

Kita punya agama, kita punya akal untuk berfikir, kita punya logika, nalar dan ilmu. Gunakan itu sebagai dasar untuk kita berfikir sebelum melakukan tindakan.

Takdir memang sesuatu yang sudah pasti dan tidak bisa dirubah, tapi kita tetap wajib untuk berusaha bukan?



{CERITA MINI} MEREKA TIDAK PEDULI

{CERITA MINI} MEREKA TIDAK PEDULI



Gerimis yang tiba-tiba turun seperti menjadi tanda bahwa musim hujan sebentar lagi akan tiba. Gerimis yang hanya sebentar itu ternyata mampu membuat cuaca yang panas merubah menjadi dingin, apalagi gerimis turun di malam hari, udara dingin itu menjadi semakin terasa.

Tapi suasana dingin itu tidak terasa di salah satu rumah berdinding bambu, sang ibu yang sudah selesai mempersiapkan makan malam sedang sibuk menyiapkan perkakas seperti panci, baskom, ember dan sebagainya, hal ini buat jaga-jaga misal nanti bakalan turun hujan. Sementara dua anak berlainan jenis sedang duduk di meja dengan kedua tangan yang sibuk memukul sendok dan garpu di meja dan tidak lupa nyanyian merdu dari suara mereka. Dan hanya suara gaduh yang terdengar dari rumah itu.

Di meja makan itu, yang bahkan salah satu kakinya sudah tidak utuh lagi dan di sangga dengan beberapa batu bata agar bisa berdiri seimbang telah tersaji nasi hangat dengan menu spesial yang kehadirannya menjadi bukti bahwa hari ini sang nyonya rumah berhasil menyelesaikan misi terbaiknya.

Si ibu setelah selesai menyiapkan perkakas itu kini duduk dengan kaki di luruskan di ranjang, sambil sesekali mengoleskan minyak  ke kedua kakinya. Dia merasa sangat lelah hari ini, tapi dua anak yang sedang asyik dengan lagu ciptaan mereka sendiri tampak tidak peduli, yaa dan ketidakpedulian mereka itulah yang semakin membuatnya merasa bersalah.

Tiga ketukan dari satu-satunya pintu yang ada di rumah mereka berhasil membuat rumah itu sangat tenang dalam beberapa detik, karena setelah itu yang terdengar hanyalah suara celotehan dua anak yang lagi-lagi tidak peduli kepada seseorang yang baru saja tiba itu mungkin kelelehan atau kelaparan.

Setelah seseorang yang sudah ditunggunya tiba, dengan menghela napas si Ibu segera beranjak dari ranjang untuk mendekati mereka, ia tahu bahwa ia memang harus berjuang lebih dan lebih lagi untuk dirinya sendiri bukan untuk siapa-siapa lagi. 





JIKA KULIAH LAGI,  MAU AMBIL JURUSAN APA?

JIKA KULIAH LAGI, MAU AMBIL JURUSAN APA?



Jika dulu entah tahun berapa, mungkin hanya segelintir orang yang bisa merasakan menjadi seorang sarjana, tetapi sekarang menjadi sarjana bukan hal yang sulit lagi.

Beberapa tahun yang lalu, setelah wisuda salah satu teman bertanya kepadaku apakah aku akan melanjutkan mengambil S2, dengan santai aku jawab, udah S1 aja cukup, capek belajar terus. Ha ha ha ha itulah yang aku ucapkan waktu itu, iyaah aku memang bukan Maudy Ayunda yang selalu bahagia saat ada ujian.

Otak ini sukanya berimajinasi yang aneh-aneh, kadangkala membayangkan siang-siang seperti ada orang datang nawari beasiswa untuk kuliah lagi, ha ha ha ini mungkin yang dinamakan mimpi di siang bolong.



Tapi jangan salah, aku punya beberapa pilihan jurusan jika tiba-tiba beneran ada yang nawari beasiswa untuk kuliah, jurusan apa sajakah itu? jurusan itu adalah :

  • JURUSAN PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

Kenapa memilih ini? bukan karena aku ingin jadi guru PAUD, atau karena senang anak kecil, tapi lebih ke ilmunya. Aku merasa bahwa menjadi seorang ibu harus punya bekal ilmu yang tidak hanya cukup tetapi harus punya ilmu yang sangat luar biasa.

  • PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Berkeingan menjadi seorang penulis lepas yang menghasilkan, jadi pemahaman materi tentang bahasa indonesia harus lebih dari orang pada umumnya, mengingat selalau ada pembaharuan.

  • DESAIN GRAFIS

Kenapa mengambil jurusan ini?  karena aku ingin sekali buat desain logo untuk toko online aku. Sederhana kan?

Itulah 3 jurusan yang ingin aku pilih. Pasti ada yang berkata belajar tidak harus lewat bangku kuliah kan? iya benar saya setuju, makanya sekarang suka buku parenting, follow akun om cakep Ivan Lanin, otak-otik sendiri lewat canva. Tapi belajar di bangku sekolah atau kuliah kita akan mendapatkan lebih dari sekedar ilmu saja dan tentunya hal-hal baru yang akan menambah ilmu dan pengetahuan kita.

Kalau kalian ingin kuliah lagi di jurusan apa?




(PART 1) CERBUNG -  PADA SECANGKIR CAPPUCINO

(PART 1) CERBUNG - PADA SECANGKIR CAPPUCINO



PART 1
DONI
“Mas Doniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.”

Teriakan kencang adik perempuanku satu-satunya menggema di rumah ini. Pagiku selalu diawali dengan teriakan Bella. Kulihat jam dinding bergambar logo salah satu bank swasta di Indonesia sudah menunjukkan pukul 07.00.

Mungkin bagi beberapa orang kebanyakan pagi selalu dimulai dari aktivitas bangun pagi. Tapi bagiku, Bella dan teriakannya adalah kombinasi yang pas untuk mulai hari. Setiap pukul 07.00 pagi atas perintah ratu rumah untuk memanggilku sarapan, Bella selalu berteriak dari dapur. Padahal sang Ratu tidak pernah menyuruh untuk memanggil dengan cara berteriak.

“Ibu kan udah pernah bilang, jangan teriak kalau manggil mas mu, datangi ke kamarnya dan ketuk pintunya, itu lebih baik dan kamu ini perempuan. Ya Tuhan kenapa kamu jadi kayak tarzan yang hidup di hutan.”

“Aduch Ibu ini ya, Mas Doninya aja yang manja. Udah tahu kalau jam 7 pagi harus sarapan pagi bareng, terus aja tiap hari minta diteriakin. Mau sampai kapan, mau sampai tempe jadi kedelai lagi.”

Dan itulah setiap pagi selalu saja begitu. Ibu yang tak pernah bosan menyuruh Bella memanggil ku meski selalu dilakukan dengan teriak dan aku yang selalu turun setelah mendengar teriakan Bella. Dua wanita yang sudah seperti udara bagiku.

Aku tinggal hanya dengan para bidadari calon penghuni surga. Ibu dan Bella. Ayah sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu. Kami bertiga tinggal di sebuah rumah yang berlantai dua yang cukup sederhana. Aku dan Bella menempati kamar yang ada di lantai atas. Sementara semua aktivitas di rumah ini ada di lantai bawah. Ibu sudah setahun ini hanya di rumah saja, sebelumnya Ibu jualan soto ayam di kios yang letaknya ada di depan pasar. Karena sering merasa lelah dan tangannya sering merasa kram, akhirnya aku dan Bella menyarankan kepada Ibu untuk istirahat di rumah saja. sementara Bella, adik ku yang bandel itu udah tahun kemarin lulus SMA, sekarang sedang merintis usahanya sendiri yaitu jualan hijab, waktu aku bilang gak usah jualan tapi bantu-bantu di cafe aja, katanya dia gak ingin diperintah, meskipun baru merintis dia bilang, dia sudah jadi bos. Kalau Mas Doni aja bisa jadi bos kenapa aku gak bisa. Lantai bawah sebagian ruangan sudah disulap menjadi toko milik Bella, ada ruang tamu kecil, diantara ruang tamu dan meja makan ada sekat berupa lemari hias tempat ibu menaruh foto-foto kenangan.

“Don, nanti ibu ikut kamu berangkat ke cafe ya, tapi ibu turun di pasar, mau belanja.”

Ibu berkata kepadaku setelah aku duduk di kursi dan mengambil menu sarapan pagi ini yang sangat enak. Ada pecel bayam dan kacang panjang sementara lauknya ada tempe yang dibalur tepung dan tak ketinggalan setoples kerupuk.

‘Ibu sendirian aja ke pasarnya, kenapa gak ngajak Bella Bu.”

“Aku masih belum selesai bungkus barangnya Mas, nanti aku jemput ibu. Soalnya pesanan ini harus sudah dikirim sebelum jam 10 pagi. Nanti habis dari tempat pengiriman aku jemput ibu ke pasar.”

“Ya sudah kalau begitu, Oh ya Bu dan Bella, nanti kemungkinan besok aku mau rilis menu baru di cafe, hari ini percobaan terakhir, rencananya mau dicoba ke beberapa pengunjung cafe, doakan sukses dan semua suka ya Bu dan Bella.”

Bella yang masih mengunyah makanannya Cuma mengacungkan dua jempolnya sementara ibu tersenyum dan mengelus puncak kepalaku. Aku tahu dibalik itu semua mereka pasti mendoakan yang terbaik untuk ku dan pastinya mereka juga tahu kesedihan yang aku rasakan.

******

“Mas Doni, bagaimana persiapan menu baru cafe kita.” Tanya Agus, salah satu karyawan di cafe ini.

“Kemarin, kata anak-anak gimana waktu nyoba?”

“Mereka bilang sih enak Mas Doni, malah Siska dan Reno itu rebutan mau nambah lagi dan mau bawa pulang juga.”

Aku tertawa membayangkan Siska dan Reno, dua karyawan aku yang tampak kayak kucing dan anjing tapi nempel kayak perangko dan amplop surat. Sementara Siska dan Reno salah tingkah, seperti mereka berdua tidak menduga bakalan di laporkan.

“Ya udah berarti memang enak. Ya sudah hari ini percobaan terakhir dan kita coba ke beberapa pengunjung hari ini.”

“Oke Mas Doni. Kami siap.”
Kini aku dan beberapa karyawan ku sedang kumpul bersama di meja yang biasanya menjadi tempat anak-anak untuk menyiapkan keperluan cafe. Jika di perkantoran mungkin apa yang aku lakukan disebut metting pagi. Hal ini selalu aku lakukan agar aku dan semua karyawan tahu apa-apa saja yang akan kami lakukan hari ini.

Cafe CANGKIR KOPI, aku dirikan setahun setelah bapak meninggal. Semua menu di cafe ini adalah menggunakan bahan dasar kopi. Aku, Bapak, Ibu dan Bella semua pecinta kopi. Bahkan menurut Ibu kakek nenek dari pihak Bapak juga merupakan pecinta kopi. Cangkir Kopi memilik 5 karyawan. Aku sebagai owner juga merangkap sebagai koki utama dan satu-satunya di cafe ini. Satu orang dibagian kasir dan menerima pesanan dari pembeli. Sementara sisanya adalah pelayan. Sedangkan aku cukup dibantu oleh Agus.

Cafe ini aku bangun dengan seganap hati dan pikiran ku. Aku ingin mewujudkan cita-cita kakek, bapak waktu itu pernah bilang bahwa kakek ingin punya sebuah kedai kopi. Cangkir Kopi adalah bukti bahwa aku bisa mewujudkan impian kakek. Butuh perjuangan yang tidak sedikit untuk membuktikan bahwa cafe ini memang layak diperhitungkan.

Perjuanganku tidak sia-sia. Cafe ini meskipun masih kecil tapi tiap hari selalu ramai pengunjung.

******
“Mas Doni, bagaimana menu barunya sudah siapkah?, kalau sudah siap mungkin bisa kita coba berikan kepada pengunjung siang ini.”

Aku mengacungkan dua jempolku ke arah Agus, bahwa menu barunya sudah siap untuk dihidangkan ke beberapa pengunjung.

Menjelang jam makan siang, biasanya jumlah pengunjung memang lebih banyak. Aku melepas apron hitam yang melekat di tubuhku sejak tadi pagi.

Tepukan tangan Agus di bahu belakangku sedikit membuat aku kaget. Sambil mengkuti berjalan di belakangku, aku rencananya ingin mengistirahkan badanku di ruangan ku. Tapi perkataan Agus menghentikan langkahku.

“Mas Doni, mbak cappucinonya sudah datang, sekarang sedang duduk di kursi dekat jendela.”

“Anak-anak pengen ngasih menu baru ke Mbak Cappucino, Mas Doni gak ingin dengar langsung komentar dari pelanggan cafe kita Mas?”

“Ya sudah, suruh mereka siapkan, nanti biarkan aku saja yang ngantar ke mejanya.”

Agus langsung melesat ke arah dapur, sedangkan aku sambil menunggu anak-anak menyiapakan hidangan. Aku melihat dari jendela kaca ruangaku sosok perempuan yang selalu anak-anak sebut ‘mbak cappucino’.

Ruangan ku memang sebagian sisinya ada yang aku sengaja buat dari kaca tebal tembus pandang, jadi di satu sisi aku bisa melihat anak-anak yang sedang bekerja dan di satu sisi aku juga bisa melihat pelanggan yang datang.

Perempuan itu masih sibuk dengan ponsel di tangannya. Sesekali ia menyingkap helaian rambut yang jatuh dan entah kenapa gerakan yang mungkin menurut orang biasa itu begitu menarik bagiku.

-----tbc-----




POTRET SERKAN CAYOGLU YANG MEMPESONA LAHIR DAN BATIN

POTRET SERKAN CAYOGLU YANG MEMPESONA LAHIR DAN BATIN


Siapa disini yang suka nonton drama seri dari luar, entah itu drama korea, drama india, drama turki, drama jepang atau yang lainnya?
Pernah nonton drama turki nggak? Drama turki beberapa tahun yang lalu juga pernah booming di Indonesia, sekarang aku di sini mau ngomongin salah satu artis turki, yess dia adalah Serkan Cayoglu. Udah tahu siapa dia?

Kalau kalian suka drama turki mungkin kalian pernah melihat serial turki yang di Indonesia judulnya dirubah menjadi “Cinta Musim Cerry” ? kalau judul aslinya adalah ” Kiraz Mevsimi”


Serkan disini berperan sebagai Ayaz, sosok playboy yang akhirnya harus tunduk dan takluk kepada sosok Oyku (yang diperankan oleh Ozge Cangurel)


Sosok Serkan inilah menyita perhatianku, dan membuat ku gelap mata. Menurut aku wajah serkan ini keliatan laki banget, tulang rahangnya mempertegas semua itu. tampan sudah pasti. 

Dan berikut beberapa foto dari Serkan Cayoglu yang mempertegas bahwa dia mempesona lahir batin. Semua foto bersumber dari akun instagram pribadi dari Serkan Cayoglu yaitu :@serkancayoglu

Foto Pertama


Kucingnya sepertinya tahu kalau dia foto dengan orang cakep taraf international makanya dia diam saja, kapan lagi foto bareng dengan orang cakep, mungkin seperti itu dalam pikiran si kucing. tapi memang si abang Serkan ini dia sangat pecinta binatang. Tengok aja dipostingan di instagramnya, dia sering kali mengabadikan si kucing ini. Kucing saja di sayang lho, apalagi kekasihnya.

Foto Kedua


Semua pasti setuju bahwa background dalam foto ini sangat menyejukkan mata, tapi sepertinya kesejukkan itu terkalahkan dengan senyum manis si Abang. Pada setuju kan?

Foto Ketiga
Suasana hitam sangat terasa dalam foto ini, apalagi ditambah ekspresi muka si Abang yang menambah suasana menjadi lebih tampak penuh misteri. Tapi semua itu tidak mengurangi, tingkat kegantengan abang, semua pasti setuju?

Foto Keempat 
Foto dari samping seperti ini, kacamata hitam mempertegas karakter si Abang. Foto ini sungguh terlalu, meski abang cuma kelihatan dari samping, tapi Ya ALLAH ini keren banget.

Foto Kelima 
Jika kalian mengira, Abang masih single, kalian salah besar. Inilah potret salah satu kemesraan Abang dengan seseorang yang diduga kekasihnya, iyaap dia adalah aktris turki juga, namanya Ozge. Dia juga yang menjadi lawan main Abang di serial Kiraz Mevsimi. Dan jalinan itu masih sampai saat ini.

bagaimana menurut kalian, si Abang Serkan ini?





PANTAI TANPA PASIR ? YUK KE PANTAI PIDAKAN PACITAN

PANTAI TANPA PASIR ? YUK KE PANTAI PIDAKAN PACITAN



Melanjutkan perjalanan dari pantai sebelumnya. di Pantai Watu Bale
Setelah pulang dari Pantai Watu Bale, dan setelah ada perdebatan diantara kita berdua, akhirnya memutuskan untuk ke Pantai Pidakan, sekalian jalan pulang ke rumah.

PERJALANAN


jalan menuju ke Pantai jalan yang ada gapura/ sesuai arah anak panah

Jarak dari pantai Watu Bale ke Pantai Pidakan sangat dekat, bisa di tempuh sekitar 10 menit, tapi menuju ke lokasi pantai butuh waktu sekitar 15 menit. Ada jalur yang disediakan untuk pengunjung, jalur timur untuk kendaraan roda empat sementara yang barat untuk roda dua. Aku masuk dari pintu barat, dari sini kondisi jalan sudah cukup baik, karena juga sebagai jalan menuju ke perumahan penduduk. Setelah membayar tiket masuk, di sebelah kanan dan kira jalan menuju ke pantai, sangat sejuk karena banyak pepohonan yang tinggi (aku lupa nama pohonnya, karena kurang fokus, pas di area sini memang agak sunyi dan sepi karena sinar matahari tidak menembus, dan awalnya aku kira tidak ada pengunjung. He he he).

Kalau jalan-jalan seperti ini memang enak duduk di belakang sebagai penumpang, sehingga bisa fokus untuk melihat pemandangan dan bisa langsung jepret-jepret foto.

TIKET MASUK
Tiket masuk ke Pantai Pidakan ini sebesar Rp 5.000,- /orang. Kalau untuk kendaraan roda empat aku kurang tahu pasti ada tambahan biaya parkir apa tidak, kalau untuk roda dua tidak dikenakan biaya parkir lagi.

PANTAI PIDAKAN
Di sini kita tidak akan menemukan pasir pantai, tapi di sini kita tetap bisa bermain air, atau berendam. Jangan tanyakan bagaimana ombaknya, karena Pantai Pidakan masih termasuk dalam pantai selatan jadi ombaknya ya begitulah.

Di Pantai Pidakan juga berdiri mercuasuar, mercusuar ini juga nampak jelas dilihat saat kita berada di Pantai Watu Bale.  Ya karena letaknya bisa dikatakan bersandingan dengan Pantai Watu Bale.

Kalau di Pantai Watu Bale kita tidak bisa berenang atau berendam atau bermain ombak, maka di sini di Pantai Pidakan kita bisa bermain air bahkan bisa berendam.

Ha ha ha, jadi gini waktu aku kesana ada cowok dan cewek lagi berendam dengan posisi saling berhadapan. Karena waktu itu aku lagi dalam mode malas untuk bersentuhan dengan air, jadi aku cuma duduk di bebatuan dan sambil mengamati para pengunjung yang datang. Tapi serasa melihat drama sinetron tanpa jeda iklan, mata aku tidak bisa berhenti untuk tidak menatap mereka, karena aku tidak mau ketinggalan momen saat mereka beranjak dari berendam (karena dalam pikiran aku saat itu apa mereka tidak masuk angin, karena posisi mereka duduk dengan ketinggian air hampir mencapai dada mereka), tapi sayang karena ternyata bunyi perut yang kelaparan lebih mendominasi, akhirnya akupun harus beranjak dari drama sinetron.

Fasilitas Pantai Pidakan
Selain area parkir untuk kendaraan bagi pengunjung baik roda dua atau roda empat, di Pantai Pidakan ini juga terdapat mushola dan juga toilet serta ada beberapa warung makan.

Untuk menu-menu biasanya sudah ditempel di dinding beserta harganya, tapi pastikan dulu apa menu itu ada apa nggak, karena tidak semua menu siap disajikan. Waktu itu aku dan keponakan aku mau pesan gado-gado dan kupat tahu, tapi tidak tersedia dan akhirnya kita membeli mie goreng untuk dia dan aku mie rebus, dengan minumnya kayak pop ice dengan rasa cappucino. Selain itu juga membeli kerupuk, makanan ringan lainnya serta hansaplast habis sekitar Rp 25.000,- saja.

Foto-foto Pantai Pidakan.






Buat teman-teman yang datang ke Pacitan silahkan berkunjung ke sini. Jika kalian mau berendam / berenang dsbnya di pantai Pacitan, pastikan bahwa memang aman, kalau dilarang petugas bahwa kita tidak boleh berenang atau mendekat ke air ya jangan mendekat. Karena ini memang untuk keselamatan kalian.

Jadi, kapan kalian ke Pacitan?
Dan jangan lupa mampir ke pantai Pidakan atau Pantai Watu Bale yaa




 JALAN – JALAN KE PANTAI WATU BALE DI PACITAN

JALAN – JALAN KE PANTAI WATU BALE DI PACITAN


Pacitan, kota paling ujung di Jawa Timur ini sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan kapur, yang menjadi bagian rangkaian dari pegunungan Kidul. Tapi siapa sangka daerah dengan tanah yang dianggap kurang cocok untuk pertanian ini menyimpan keindahan pesona lautan yang tidak terkira. Salah satunya adalah pantai Watu Bale yang berada di Desa Jetak Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan.

Alhamdulilah, setelah sekian lama akhirnya bisa berkesempatan untuk menengok keindahan pantai Watu Bale. Akhir minggu kemarin diajak oleh keponakan untuk jalan-jalan, mengantar dia untuk lihat pantai, awalnya tidak ada rencana untuk ke Pantai Watu Bale.

Kecamatan Tulakan sendiri berjarak sekitar 27 km ke arah timur dari pusat kota.  Aku dan keponakan berangkat dari rumah sekitar pukul 09.30 kemudian ke POM bensin dulu untuk isi amunisi. Buat teman-teman kalau mau ke Pacitan dan jalan-jalan ke arah pantai watu bale dan sekitarnya, ada baiknya waktu masih di kota Pacitan untuk mengisi penuh bensin dulu, karena sepanjang aku lewat dari Pacitan hingga ke Watu Bale tidak menemukan POM bensin, yang ada penjual bensin eceran memang banyak.

Awalnya kita berdua berencana akan pergi ke Pantai Soge, tapi sampai di Tulakan setelah melewati Pantai Pidakan tiba-tiba Lia (nama keponakan aku) merubah rute, ia ingin ke pantai Watu Bale. Asal kalian tahu Pantai Watu Bale dan Pantai Pidakan itu berada di satu garis pantai yang sama. Selain itu pantai Pidakan yang berada di satu garis pantai yang sama dengan Pantai Watu Bale adalah pantai Wawaran, Pantai Mbenges, Pantai Soge, Pantai Taman dsb (sepertinya masih ada beberapa lagi pantai yang satu garis pantai). Jadi satu kali perjalanan kalian bisa singgah di beberapa pantai.

Rute Perjalanan.
Perjalanan dari rumah hingga sampai di Pantai Watu Bale, kita tempuh hampir satu jam perjalanan dengan kecamatan sepeda motor 40-50 km/jam, karena memang tidak mau ngebut jadi santai saja di jalan, kecepatan angin waktu itu juga kencang. Kalau orang sini bilangnya “mlaku mu mrono nabrak angin” .

Untuk ke pantai ini, memang lebih baik melalu Jalur Lintas Selatan (JLS). Jalan sudah dijamin mulus, meski ada beberapa titik yang rawan longsong jika musim hujan memang harus hati-hati, pemandangan selama perjalanan juga indah sekali. Kondisi jalan sudah cukup baik, kalau untuk jalan besar sudah tidak diragukan lagi. sedangkan akses jalan menuju lokasi meskipun belum diaspal tapi sudah bisa dilalui kendaraan roda dua atau roda empat.

Tenang dan tidak usah kwatir takut salah jalan atau kesasar. Untuk menuju Jalur JLS pun juga sangat mudah diakses, jika dari arah Solo bisa langsung lewat JLS dari kelurahan Ploso, sementara kalau dari Ponorogo bisa lewat melalui desa Arjowingun terlebih dahulu. In shaa allah papan petunjuk di pinggir jalan jelas. Apalagi Jalur JLS jalurnya lurus mengikuti aspal jalan dipastikan bakalan sampai.

Untuk arah ke Pantai Watu Bale, sebelum masuk ke arah pantai sudah ada tandanya arah menuju ke Pantai Watu Bale.


Tiket Masuk.
Tiket masuk ke Pantai Watu Bale hanya sebesar Rp 5.000/orang, untuk parkir sudah tidak bayar lagi. Area parkir juga luas, untuk roda dua dan roda empat parkirnya terpisah.



Pantai Watu Bale.
Dari parkiran menuju ke pantai, kita perlu jalan kaki dulu. Pantai Watu Bale tidak mempunyai pasir pantai, dan untuk menyaksikan keindahan pantai Watu Bale dengan deburan ombak yang luar biasa kita harus berjalan kaki dulu menuju tebing. Dan inilah perjuangannya. Medannya tidak sulit meskipun masih tanah khas gunung, yang dibagian pinggir sudah ada pagar batasnya. Kesulitannya jalannya naik dulu, lalu turun dan setelah melewati pintu selamat datang kita harus naik lagi ke tebingnya. Karena aku termasuk kategori bukan orang kurus, jalan kaki dengan medan naik turun itu lumayan juga perjuangannya.



Spot Foto

Jalan-jalan tanpa upload atau share foto ke media sosial seperti makan sayur tanpa garam, hambar tidak ada rasanya. Maka dari itu di pantai Watu Bale spot foto yang instagramable sudah dipersiapkan oleh pihak pengelola.

Takut kepanasan atau lelah berdiri, tidak usah kwatir di sini sudah disediakan tempat untuk berteduh dan tempat duduk yang asyik.

Jika kesini atau ke tempat wisata di manapun jangan terlalu asyik dengan foto atau selfie, keindahan atau kecantikan tempat wisata tidak hanya cukup dengan melihat foto, tapi cobalah untuk benar-benar menikmati keindahan alamnya dan memperhatikan sekitarnya. Seperti halnya di Pantai Watu Bale ini, jika kalian keasyikan foto kalian akan kehilangan momen deburan suara ombak, deburan ombak yang menabrak karang. Dan semua itu tidak bisa dirasakan dengan melihat foto saja.




Fasilitas.
Di Pantai Watu Bale di dekat pelabuhan, karena pas saya ke sana ada beberapa kapal yang ada di situ, di dekat situ ada sebuah warung, tapi aku tidak tahu menunya seperti apa, karena memang tidak mampir ke situ. Sedangkan di dekat area parkir ada cafe, yang bisa melihat langsung ke pemandangan laut.

Karena tidak ada bibir pantai, ke laut tanpa bermain air seperti ada yang kurang bukan? Cuma di sini memang tidak bisa berenang atau berendam apalagi bermain pasir, tapi kalau Cuma sekedar ingin menyentuh air pantai Watu Bale, kalian bisa lakukan sebelum masuk ke area tebing untuk spot foto ataupun melihat keindahan pantai watu bale. Ah iya di situ juga ada warung. Tapi waktu aku ke sana warung yang buka Cuma satu yang ada di dekat pelabuhan itu aja.


Kita di Pantai Watu Bale Cuma sekitar satu jam saja, pukul setengah 12 siang kita niat pulang, karena ponsel keponakan baterainya sudah habis dan dia bilang kalau nggak pegang ponsel bisa mati gaya.

Sampai di sini saja perjalanan kita di Pantai Watu Bale, semoga tulisan ini bisa membantu kalian semua yang berencana berlibur ke Pantai  Watu Bale di Pacitan.


Tapi ditengah perjalanan keluar dari Pantai Watu Bale, keponakan aku bilang “Lek, ayo nyang pidakan.”


Formulir Kontak