JARAK INI NYATA TAPI TAK TERLIHAT - RAGIL SAPUTRI

JARAK INI NYATA TAPI TAK TERLIHAT

JARAK INI NYATA TAPI TAK TERLIHAT


JARAK INI NYATA TAPI TAK TERLIHAT

Pernah merasakan rindu tapi tidak bisa bertemu.
Pernah merasakan kangen tapi tidak bisa menghubungi.
Bukankah rindu adalah bertemu obatnya.
Pernahkah berada di titik tidak bisa berbuat apa-apa untuk menuntaskan rindu.
Hanya tangisan di kala sendiri yang bisa mengobati rindu ini.
Bukan air mata karena tidak ikhls, bukan air mata tidak rela
Tapi karena memang hanya ini yang bisa dilakukan.
Pernahkah?

100 hari sudah kepergianmu Buk.
Masih ingat dengan jelas senyum di wajah cantikmu, yang banyak orang bilang engkau masih terlihat muda. Waktu itu 40 hari sebelum kepergianmu, aku dan engkau berkunjung ke rumah kakak perempuanmu yang kebetulan putrinya baru datang. Waktu itu, Mbak Sri aku menyebutnya menodong aku dengan pertanyaan paling basi di muka bumi ini yaitu kapan nikah, aku jawab dengan santai tahun depan mbak. Lalu Mbak Sri balik bertanya kepada engkau “Iya to Bu?”, kamu tersenyum dengan senyum yang jujur membuat aku sempat tertegun, dan engkau menjawab “Emboh, takoko bocae dewe” (Tidak tahu, tanya ke anaknya sendiri). dan senyum itu adalah senyum terindah. YA ALLAH berikan tempat yang paling indah untuk ibu hamba..Aaminn.

Selalu ada hal untuk pertama kalinya. Pertama kali ini pasti berat, tapi aku kuat kan bu? Aku bisa kan ya?



100 hari kepergianmu, tidak ada acara kenduri Buk, cuma anak-anakmu dan cucu-cucumu berkumpul jadi satu di rumah ini dan membacakan doa untukmu. Ditengah suasana seperti ini dan larangan serta anjuran dari pemerintah membuat kami tidak bisa mengumpulan banyak orang Buk. Semua di sini mendoakan dan sangat merindukan mu. Jika kamu lihat anak dan cucumu dari sana pasti kamu bahagia.

Ada yang pernah bilang, jika seseorang yang sudah meninggal dan tidak pernah hadir dalam mimpi maka orang tersebut di sana sudah bahagia. Mbak Eni selalu bertanya kepada kami semua, apakah pernah memimpikanmu? Dan engkau tidak pernah hadir dalam mimpi kami. Semoga kau bahagia di sana. Kami di sini akan terus mendoakan mu, hanya itu yang kami bisa lakukan.

100 hari kepergianmu,
Aku rindu omelanmu saat aku makan kacang rebus.
Aku rindu rasa masakanmu yang selalu pas di lidah anak-anakmu.
Aku rindu ada yang bilang “Wes arep jam 5, gek ndang adus, ben gak pileken.” (Sudah jam 5, segera mandi, nanti biar gak pilek), iya aku kalau mandi di atas jam 5 sore kadang pagi harinya suka bersin-bersin, dan ibu yang paling suka berkomentar.



Sungguh benar apa yang mereka katakan, bahwa omelan ibumu saat ini adalah hal yang akan kamu rindukan saat beliau sudah tidak ada lagi. Dan itu sungguh nyata dan benar.
Jarak yang menghalangi hanya bisa ditembus dengan doa. Kami semua di sini tidak pernah lelah dan berhenti mendoakanmu. ALLAH pasti akan memberikan tempat yang terbaik untuk Buk, sebagaimana kau memperlakukan kami semua anak dan cucumu dengan baik pula.

Tangisan aku bukan karena aku tidak rela, tapi ya karena memang hanya ini yang bisa aku lakukan saat aku rindu.

“Ya ALLAH, ampuni segala dosa dan kesalahan ibu hamba, lapangkan kuburnya, terangi kuburnya dan tempatkan beliau di tempat terbaik bersama orang-orang baik pula. aamiin”




Catatan : Semua gambar diambil dari PIXABAY.COM dengan kata kunci pencarian "IBU"

Formulir Kontak