Ragil Saputri: #BlogChallengeSeptember
{REVIEW FILM} ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM  NOVEL Vs LAYAR LEBAR

{REVIEW FILM} ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM NOVEL Vs LAYAR LEBAR


Judul film : Assalamualaikum Calon Imam
Penulis Novel : Ima Madaniah
Penulis Script : Oka Aurora
Sutradara : Findo Purwono HW
Produser : Santi Muzhar
Rumah Produksi : Prized Production & Vinski Production.
Pemain : Natsha Rizky, Miller Khan, Andi Arsyil, Merdi Octav dll

“Ya ALLAH, Ya Rabbi jika suatu saat nanti aku jatuh cinta jangan biarkan cintaku ini berkurang untukmu hingga membuat aku lalai padamu dan sekiranya aku jatuh cinta jatuhkanlah hati ini pada seseorang yang mencintaiku karena MU agar kekuatanku lebih untuk mencintaimu.

Itulah sepenggal doa yang diucapkan oleh Fisya (Natasha Rizky) selesai Shalat Dhuha dan juga menjadi adegan pembuka dalam film ini. Mereview atau membicarakan film ini memang sudah terlambat. Film ini sudah tayang di bioskop pada bulan Mei 2018.

Membicarakan film ini juga tidak akan lepas dari novel jebolan wattpad dengan judul yang sama yang ditulis oleh Ima Madani. Novel yang diangkat ke layar lebar, satu yang selalu menjadi pertanyaan adalah apakah filmnya sama dengan novelnya?

Aku menonton film ini baru beberapa bulan yang lalu melalu media Youtube, biasanya aku tidak terlalu heboh dengan film yang diangkat dari novel tapi karena rasa penasaran setelah membaca kelanjutan dari Assalamualaikum Calon Imam di wattpad yaitu Wa’alaikumsalam Pelengkap Imam (cerita dari sudut pandang Alif) akhirnya aku memtuskan untuk melihat film itu via youtube.

Apa kesan aku setelah melihat film ini?
Sesuai dengan ekspekstasi aku, bahwa ternyata film yang diangkat dari novel itu pasti berbeda dengan versi aslinya. Cerita versi layar lebar mempunyai banyak perbedaan yang sangat signifikan dibanding versi bukunya.

Beberapa perbedaan cerita ASSALAMUALAIKUM CALON IMAN versi buku dengan versi layar lebar.
  • Di cerita versi novel Fisya lebih sering naik bus umum dalam aktvitas kesehariannya. Sementara di versi layar lebar Fisya pakai ojek.


  • Di versi layar lebar hubungan ibu kandung Fisya dengan istri baru ayahnya terlihat tidak harmonis. Padahal kalau versi novel hubungan kekerabatan mereka sangat baik, hanya Fisya saja yang membenci keputusan sang Ayah tersebut.


  • Interaksi Fisya dan Jidan yang saling ngobrol melalui jendela kamar tidak muncul sama sekali di versi layar lebar. Padahal adegan ini memberi point plus yang membuktikan tentang perasaan Fisya kepada Jidan.


  • Versi novel Fisya memberikan predikat pria alkahfi kepada Alif. Fisya sering mendengar orang melantunkan Al-Kahfi dengan suara merdu tanpa tahu siapa orangnya. Sementara di layar lebar yang dibaca Q.S Ar-Rahman.


  • Di versi novel Ayah Fisya sudah berhenti menjadi dokter tetapi di versi layar lebar Ayah Fisya masih menjadi dokter.


  • Mengenai penyakit yang diderita oleh Ayah Fisya, di cerita novel Fisya lebih tahu dulu bahwa Ayahnya menderita penyakit yang sudah parah, sedangkan dalam versi layar lebar Fisya menjadi orang yang paling terakhir dalam menjenguk sang ayah. Padahal waktu membaca momen Ayah dengan Fisya ini mampu membuat aku menangis, sedih banget.


  • Setting lokasi kalau di cerita novel sepenuhnya ada di Jakarta, sementara di layar lebar selain Jakarta ada Makassar juga.


  • Seingat aku, di versi buku adegan fitting baju pengantin yang memunculkan pria salon yang kemayu itu tidak ada, tapi entah kenapa di layar lebar ada.


  • Di novel Fisya mempunyai banyak teman yang aktif di organisasi tapi di layar lebar itu tidak ada, dan hanya punya 1 teman saja. 



Selain itu sebenarnya masih banyak yang di novel ada tapi tidak dimunculkan di layar lebar. Mungkin rumah produksi mempunyai aturan dan versi mereka sendiri. karena versi novelnya memang lumayan tebal, dan konfliknya juga tidak hanya tentang pernikahan Fisya dengan Alif atas permintaan Ayah Fisya dan tentunya tentang penyakit Fisya. Kurang puas liat Mas Alif ngajar, he he he di layar lebar sedikit banget soalnya. 

Untuk melihat review versi novel : silahkan klik di sini

Rumah produksi pastinya mempunyai perhitungan sendiri dalam membuat sebuah karya. Tapi kalau boleh jujur, aku tidak puas setelah melihat ini, bukan dari pemilihan karakter para pemain tetapi dari alur ceritanya.
Bahwa novel yang difilmkan pasti akan banyak yang tidak puas karena apa? karena kalau novel itu tiap orang punya gambaran sendiri-sendiri, tetapi kalau layar lebar dibuat berdasarkan pemikiran satu orang atau tim.

Jadi apakah kalian sudah melihat film ini? kalau sudah apa tanggapan kalian?






Catatan : tulisan ini dibuat untuk blog challenge #BlogChallengeSeptember, tema ke 10 yang diposting di hari terakhir, yaitu Review Film 2019. Dan inilah film yang aku lihat di tahun 2019. He he he he.



{CERBUNG - PADA SECANGKIR CAPPUCINO ) PART 2 – MAGDA

{CERBUNG - PADA SECANGKIR CAPPUCINO ) PART 2 – MAGDA



Mengeluarkan sejuta kata umpatan di hari menjelang siang, dengan posisi badan yang kekurangan asupan, karena pagi tadi ia melupakan sarapan nasi goreng jawa paling enak buatan sang nenek tercinta, sungguh menguras seluruh kedamaian jiwa dan raga seorang Magda.

Dengan langkah tergesa-gesa, tanpa menghiraukan orang-orang yang ia temui di sepanjang jalan, kaki Magda melangkah dengan pasti ke satu tujuan. Ia butuh secangkir hangat cappucino, untuk meredakan emosinya yang sedang tidak stabil.

Sial memang hari ini, Magda seorang freelancer arsitek yang tidak terikat dengan satu lembaga apapun, job yang ia dapat biasanya dari para patner sebelumnya, sistem pemasaran dari mulut ke mulut ternyata ditengah zaman yang serba canggih tetap sangat berperan penting.

Desain rumah minimalis bertingkat satu menjadi penyebab dari segala kesialan Magda hari ini, padahal ini sudah lebih dari sebulan ia mengerjakannya. Si pemesan selalu saja mempunyai bahan untuk menolak desain yang Magda ajukan, yang lebar ruangannya kuranglah, yang harus ada ruangan inilah, padahal Magda mengerjakannya sudah dengan segenap jiwa raga dan sangat teliti sekali dan ia sudah mencatat semua poin-poin penting yang klien ajukan. Ingin rasanya Magda melepar tas tabung yang selalu ia bawa ke muka sang klien, untung saja Magda mampu menahan emosinya dengan baik.

Mata bulat Magda dalam sekilas tahu bahwa di ujung belokan jalan depan ada toko bunga, membelikan bunga untuk seseorang yang sangat penting dalam hidup Magda merupakan pilihan jitu untuk mengembalikan kecerahan hari ini.

“Setangkai bunga ditambah secangkir cappucino, Magda ucapkan selamat tinggal untuk kesialan hari ini.” Ucap Magda pada dirinya sendiri, kemudian ia mempercepat langkahnya menuju toko bunga.

Bunyi ‘selamat datang’ menjadi ucapan penyambutan bagi siapa saja yang masuk ke toko bunga yang bernama “BungaKu”, Magda sudah lama menjadi langganan toko bunga ini, karena memang letaknya tidak jauh dari cafe kopi yang juga menjadi langganan Magda.

Magda memperhatikan suasana toko, biasanya akan ada satu pelayan yang menjaga toko bunga ini, tapi saat ini Magda tidak menemukan sosok pelayan itu. Sambil menunggu kedatangan pelayanan toko, Magda melihat-lihat bunga yang dijual di toko.

Sebuah tepukan di bahunya, menghentikan aktivitas Magda dari memperhatikan sekumpulan bunga-bunga yang indah.

“Kamu bikin kaget aja Ton.”
“Maaf, tadi pas kamu datang aku pas mau ke belakang, lagi nyari bunga apa?”
“Aku ingin nyari bunga, yang pas dilihat langsung bikin gembira, ada nggak bunga seperti itu?”
“Kalau aku tidak perlu beli bunga, lihat kamu sekarang aja, sudah cukup buat aku bahagia selama satu minggu.”
“Recehan, banget kamu Ton.”

Tony yang mendengarnya cuma tersenyum dan kemudian sibuk memilih bunga sesuai pesanan nona cantik yang kini ada di sebelahnya.

“Tumben hari ini gak secerah biasanya kamu Ma? Ada masalah lagi sama klien yang kemarin?”
“Iya, kalau saja aku tidak ingat aku butuh uang, aku udah lempar sama tas tabung ini.”

Tony tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Magda, sambil menyerahkan rangkain bunga yang begitu indah kepada Magda.

“Aaaahhhh, Tony kamu selalu tahu apa yang aku mau. Terimakasih banyak. Kamu memang yang terbaik.”

Sebuah pelukan yang Magda berikan sebagai salah satu bentuk ucapan terimakasih karena sahabatnya itu telah memberikan rangkaian bunga yang indah untuknya. Tony kaget dengan pelukan yang Magda berikan, yang dia bisa lakukan adalah mengelus punggung Magda dengan sayang, ia sungguh sangat mencintai gadis ini.

Setelah dengan sedikit paksaan dari Magda akhirnya Tony menerima uang pembayaran bunga, bagi Tony memberikan bunga buat Magda tidak akan membuatnya bangkrut, tapi sayangnya Magda berfikir lain. Melihat kebahagian dari orang yang kita sayang adalah segalanya apalagi saat kita tahu bahwa kitalah yang menjadi alasan dia bahagian. Cukup bagi Tony melihat Magda bahagia, dan ia selalu ingin menjadi alasan bahwa karena dirinya Magda bahagia.

Dalam perjalanan yang hanya beberapa langkah saja dari toko bunga milik Tony menuju cafe kopi, Magda menghela nafas panjang, Magda tahu betul bahwa Tony mencintai dirinya. Cinta yang bukan hanya sekedar cinta kakak kepada adiknya. Jika mengingat akan hal ini, selalu ada gurat kesedihan yang terpancar dari sorot mata Magda.

Bagi Magda bisa setiap saat melihat Tony di toko bunganya itu sudah cukup, meski seperti tadi ia kelepasan memeluk Tony, kebiasan Magda yang masih belum bisa hilang jika Tony selalu bisa membuatnya tertawa bahagia.

Apa yang lebih menyakitkan dari hal ini, tak ada pilihan untuk cinta ini, setidaknya begitu yang selalu Magda katakan pada dirinya.

Tanpa Magda sadari dari kejauhan, Tony masih menatap gadis yang kini melangkah makin menjauh. Gadis yang sampai detik ini masih terus mengisi ruang kosong di hatinya. Jika Tony mampu Tony ingin menukar segala apa yang ia punya demi mendapatkan Magda, sayangnya semesta tak pernah memberikan pilihan untuk Tony.

Pintu cafe kopi Magda dorong bersamaan dengan bunyi selamat datang. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, saat ia melihat tempat duduk favoritnya masih kosong ia bergegas menuju  ke tempat tersebut.

Setelah meletakan tas tabung dan tas rasel di kursi satunya, Magda segera memesan pesanan yang ia inginkan.

Jika ada beberapa cafe yang pelayan datang ke meja customer untuk menayakan pesanannya, tapi di cafe kopi ini pembeli yang akan menuju ke counter pesanan, kemudian sama pelayan diberikan papan angka yang bisa diletakkan di meja, dan angka tersebut sama dengan angka pesanan. Kemudian jika sudah jadi pesanan akan diantar ke meja yang sesuai dengan angka pesanan beserta struk bukti pembayaran yang harus dibayarkan.

Jam masih menunjukkan pukul 10.30 Magda memutuskan memesan secangkis cappucino serta cake kopi coklat kacang. Magda butuh pengganjal perutnya kosong hingga sampai waktunya nanti makan siang. Siang ini Magda berjanji akan makan siang di rumah kakek neneknya dan juga adik satu-satunya.

Jika kebanyakan orang selalu mengatakan jangan pernah minum kopi saat perut kosong, bisa mengakibatkan sakit perut dsbnya, tapi lain bagi Magda, karena menurut Magda kopi adalah sahabat baiknya, jadi ia tidak akan mungkin menyakiti sahabatnya. Magda pecinta kopi dan segala macam jenis olahan dari kopi.

Sambil menunggu pesanannya datang, Magda membenarkan ikat rambutnya sambil memandangi bunga pemberian Tony. Selalu saja seperti ini, getaran halus yang menyusup ke dalam hatinya yang selalu ia rasakan jika berkaitan dengan Tony. Kebahagiaan yang selalu diikuti dengan kesedihan seperti bercampur aduk menjadi satu.

Bunyi gesekan di meja membuat fokus Magda teralihkan.
“Maaf mbak, aku tadi Cuma pesan cappucino dan cake kopi coklat kacang aja, kenapa ia ada pesanan lain.”
“Iya mbak, cake ini spesial dari kami untuk Mbak sebagai salah satu pelanggan Cafe Kopi kami.”
Magda ingin meminta penjelasan lebih kepada pelayan cafe, tapi kedatangan seorang pria tepat di belakang pelayang membuat Magda mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih.

-----TBC-----



 catatan : gambar cover diperoleh dari pixabay.com
sebenarnya cerita ini ditulis pada Juli tahun 2018, udah setahun lebih ya, apakah cerita ini sudah selesai dikerjakan? jawabanya adalah belum, di laptop cuma sampai part 2 saja. Semoga dengan diposting di blog ini bisa selesai. Terimakasih.


(PART 1) CERBUNG -  PADA SECANGKIR CAPPUCINO

(PART 1) CERBUNG - PADA SECANGKIR CAPPUCINO



PART 1
DONI
“Mas Doniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.”

Teriakan kencang adik perempuanku satu-satunya menggema di rumah ini. Pagiku selalu diawali dengan teriakan Bella. Kulihat jam dinding bergambar logo salah satu bank swasta di Indonesia sudah menunjukkan pukul 07.00.

Mungkin bagi beberapa orang kebanyakan pagi selalu dimulai dari aktivitas bangun pagi. Tapi bagiku, Bella dan teriakannya adalah kombinasi yang pas untuk mulai hari. Setiap pukul 07.00 pagi atas perintah ratu rumah untuk memanggilku sarapan, Bella selalu berteriak dari dapur. Padahal sang Ratu tidak pernah menyuruh untuk memanggil dengan cara berteriak.

“Ibu kan udah pernah bilang, jangan teriak kalau manggil mas mu, datangi ke kamarnya dan ketuk pintunya, itu lebih baik dan kamu ini perempuan. Ya Tuhan kenapa kamu jadi kayak tarzan yang hidup di hutan.”

“Aduch Ibu ini ya, Mas Doninya aja yang manja. Udah tahu kalau jam 7 pagi harus sarapan pagi bareng, terus aja tiap hari minta diteriakin. Mau sampai kapan, mau sampai tempe jadi kedelai lagi.”

Dan itulah setiap pagi selalu saja begitu. Ibu yang tak pernah bosan menyuruh Bella memanggil ku meski selalu dilakukan dengan teriak dan aku yang selalu turun setelah mendengar teriakan Bella. Dua wanita yang sudah seperti udara bagiku.

Aku tinggal hanya dengan para bidadari calon penghuni surga. Ibu dan Bella. Ayah sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu. Kami bertiga tinggal di sebuah rumah yang berlantai dua yang cukup sederhana. Aku dan Bella menempati kamar yang ada di lantai atas. Sementara semua aktivitas di rumah ini ada di lantai bawah. Ibu sudah setahun ini hanya di rumah saja, sebelumnya Ibu jualan soto ayam di kios yang letaknya ada di depan pasar. Karena sering merasa lelah dan tangannya sering merasa kram, akhirnya aku dan Bella menyarankan kepada Ibu untuk istirahat di rumah saja. sementara Bella, adik ku yang bandel itu udah tahun kemarin lulus SMA, sekarang sedang merintis usahanya sendiri yaitu jualan hijab, waktu aku bilang gak usah jualan tapi bantu-bantu di cafe aja, katanya dia gak ingin diperintah, meskipun baru merintis dia bilang, dia sudah jadi bos. Kalau Mas Doni aja bisa jadi bos kenapa aku gak bisa. Lantai bawah sebagian ruangan sudah disulap menjadi toko milik Bella, ada ruang tamu kecil, diantara ruang tamu dan meja makan ada sekat berupa lemari hias tempat ibu menaruh foto-foto kenangan.

“Don, nanti ibu ikut kamu berangkat ke cafe ya, tapi ibu turun di pasar, mau belanja.”

Ibu berkata kepadaku setelah aku duduk di kursi dan mengambil menu sarapan pagi ini yang sangat enak. Ada pecel bayam dan kacang panjang sementara lauknya ada tempe yang dibalur tepung dan tak ketinggalan setoples kerupuk.

‘Ibu sendirian aja ke pasarnya, kenapa gak ngajak Bella Bu.”

“Aku masih belum selesai bungkus barangnya Mas, nanti aku jemput ibu. Soalnya pesanan ini harus sudah dikirim sebelum jam 10 pagi. Nanti habis dari tempat pengiriman aku jemput ibu ke pasar.”

“Ya sudah kalau begitu, Oh ya Bu dan Bella, nanti kemungkinan besok aku mau rilis menu baru di cafe, hari ini percobaan terakhir, rencananya mau dicoba ke beberapa pengunjung cafe, doakan sukses dan semua suka ya Bu dan Bella.”

Bella yang masih mengunyah makanannya Cuma mengacungkan dua jempolnya sementara ibu tersenyum dan mengelus puncak kepalaku. Aku tahu dibalik itu semua mereka pasti mendoakan yang terbaik untuk ku dan pastinya mereka juga tahu kesedihan yang aku rasakan.

******

“Mas Doni, bagaimana persiapan menu baru cafe kita.” Tanya Agus, salah satu karyawan di cafe ini.

“Kemarin, kata anak-anak gimana waktu nyoba?”

“Mereka bilang sih enak Mas Doni, malah Siska dan Reno itu rebutan mau nambah lagi dan mau bawa pulang juga.”

Aku tertawa membayangkan Siska dan Reno, dua karyawan aku yang tampak kayak kucing dan anjing tapi nempel kayak perangko dan amplop surat. Sementara Siska dan Reno salah tingkah, seperti mereka berdua tidak menduga bakalan di laporkan.

“Ya udah berarti memang enak. Ya sudah hari ini percobaan terakhir dan kita coba ke beberapa pengunjung hari ini.”

“Oke Mas Doni. Kami siap.”
Kini aku dan beberapa karyawan ku sedang kumpul bersama di meja yang biasanya menjadi tempat anak-anak untuk menyiapkan keperluan cafe. Jika di perkantoran mungkin apa yang aku lakukan disebut metting pagi. Hal ini selalu aku lakukan agar aku dan semua karyawan tahu apa-apa saja yang akan kami lakukan hari ini.

Cafe CANGKIR KOPI, aku dirikan setahun setelah bapak meninggal. Semua menu di cafe ini adalah menggunakan bahan dasar kopi. Aku, Bapak, Ibu dan Bella semua pecinta kopi. Bahkan menurut Ibu kakek nenek dari pihak Bapak juga merupakan pecinta kopi. Cangkir Kopi memilik 5 karyawan. Aku sebagai owner juga merangkap sebagai koki utama dan satu-satunya di cafe ini. Satu orang dibagian kasir dan menerima pesanan dari pembeli. Sementara sisanya adalah pelayan. Sedangkan aku cukup dibantu oleh Agus.

Cafe ini aku bangun dengan seganap hati dan pikiran ku. Aku ingin mewujudkan cita-cita kakek, bapak waktu itu pernah bilang bahwa kakek ingin punya sebuah kedai kopi. Cangkir Kopi adalah bukti bahwa aku bisa mewujudkan impian kakek. Butuh perjuangan yang tidak sedikit untuk membuktikan bahwa cafe ini memang layak diperhitungkan.

Perjuanganku tidak sia-sia. Cafe ini meskipun masih kecil tapi tiap hari selalu ramai pengunjung.

******
“Mas Doni, bagaimana menu barunya sudah siapkah?, kalau sudah siap mungkin bisa kita coba berikan kepada pengunjung siang ini.”

Aku mengacungkan dua jempolku ke arah Agus, bahwa menu barunya sudah siap untuk dihidangkan ke beberapa pengunjung.

Menjelang jam makan siang, biasanya jumlah pengunjung memang lebih banyak. Aku melepas apron hitam yang melekat di tubuhku sejak tadi pagi.

Tepukan tangan Agus di bahu belakangku sedikit membuat aku kaget. Sambil mengkuti berjalan di belakangku, aku rencananya ingin mengistirahkan badanku di ruangan ku. Tapi perkataan Agus menghentikan langkahku.

“Mas Doni, mbak cappucinonya sudah datang, sekarang sedang duduk di kursi dekat jendela.”

“Anak-anak pengen ngasih menu baru ke Mbak Cappucino, Mas Doni gak ingin dengar langsung komentar dari pelanggan cafe kita Mas?”

“Ya sudah, suruh mereka siapkan, nanti biarkan aku saja yang ngantar ke mejanya.”

Agus langsung melesat ke arah dapur, sedangkan aku sambil menunggu anak-anak menyiapakan hidangan. Aku melihat dari jendela kaca ruangaku sosok perempuan yang selalu anak-anak sebut ‘mbak cappucino’.

Ruangan ku memang sebagian sisinya ada yang aku sengaja buat dari kaca tebal tembus pandang, jadi di satu sisi aku bisa melihat anak-anak yang sedang bekerja dan di satu sisi aku juga bisa melihat pelanggan yang datang.

Perempuan itu masih sibuk dengan ponsel di tangannya. Sesekali ia menyingkap helaian rambut yang jatuh dan entah kenapa gerakan yang mungkin menurut orang biasa itu begitu menarik bagiku.

-----tbc-----




MAU KE PACITAN?  KALAU DARI SURABAYA NAIK APA?

MAU KE PACITAN? KALAU DARI SURABAYA NAIK APA?


Surabaya sebagai ibukota provinsi, dengan segala kemacetan dan dengan segala fasilitas yang disediakan menjadi magnet tersendiri untuk kita merantau ke sana atau sekedar liburan kesana.


Ditengah rutinitas dan kesibukkan yang sangat padat, di suatu hari pasti kita menginginkan sebuah liburan atau jalan-jalan ke kota yang lain yang jauh dari kemacetan tetapi menyuguhkan tempat pariwisata yang sangat indah.

Pacitan, kota kecil paling ujung barat daya Provinsi Jawa Timur ini yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, menawarkan banyak pilihan tempat pariwisata yang sangat menarik.

Beberapa waktu lalu, waktu masih jadi wacana bahwa ibukota bakalan pindah ke Kalimantan, aku sempat berkomentar “Mungkin nggak sih ibukota provinsi pindah ke Pacitan, agar pembangunan merata.” Lalu komentar itu terpatahkan dengan argumen dari diri sendiri juga yaitu, “Udah Pacitan biar gini aja, tenang dan macetnya hanya pas menjelang lebaran aja.” He he he

Di Pacitan sekali pantai-pantai yang sangat indah dan menawan. Tidak usah bingung jika kalian mau ke Pacitan. Ada beberapa transportasi yang bisa digunakan menuju ke Pacitan dari Surabaya, selain naik kendaraan pribadi yang bisa diakses lewat tol hingga Madiun, tidak bisa dipungkiri keberadaan tol hingga di Madiun memang mempersingkat waktu tempuh dari Surabaya ke Pacitan.

Berikut beberapa alternatif transportasi menuju ke Kabupaten Pacitan dari Surabaya :
TRAVEL
Ada beberapa travel yang beroperasi di jalur Surabaya Pacitan atau dari Pacitan ke Surabaya. Rata-rata mereka punya waktu operasi dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan malam. Naik travel memberi banyak kemudahan salah satunya kita akan dijemput dan di antar langsung ke alamat tujuan, jadi bisa dikatakan kalau naik travel itu ‘duduk diam sampai tujuan’. Tapi memang kita harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, karena satu penumpang bisa dikenakan biaya kurang lebih Rp. 150.000,- per orang, bisa lewat tol atau tidak biasanya tergantung kesepakatan dari penumpang dengan pihak travel.

Berikut beberapa travel yang bisa dihubungi untuk melakukan perjalanan dari Pacitan ke Surabaya atau sebaliknya :
  • Travel Purwowidodo (no ponsel : 087859569079)
sumber foto : www.travelpurwo.com

  • Travel Bintang Terang (No ponsel : 087758513838)
sumber : pt-bintang-terang-tour-travel.business.site

  • Travel Alfath Duta (No ponsel : 081938621558)
sumber : web.facebook.com


Berdasarkan pengalaman, aku biasanya baik dari Pacitan atau Surabaya aku menghubungi satu nomer saja, nanti biasanya akan disampaikan ke yang bersangkutan.

NAIK BUS ANEKA JAYA
Bus Aneka Jaya adalah bus andalan dan kebanggaan masyarakat Pacitan. Untuk waktu operasinya memang tidak bisa setiap waktu atau setiap saat. Ada jam-jam tertentu jika kita mau naik bus Aneka Jaya ini. untuk tarif memang lebih murah dibanding naik travel. Biaya untuk naik bus Aneka Jaya ini sebesar Rp 50.000,- jika naik dari Pacitan maka nanti akan dapat free air mineral, kalau dari Surabaya tidak dapat.

sumber : twitter.com/PoAnekaJaya

Berikut jam-jam pemberangkatan bus Aneka Jaya :
  • Dari Pacitan (terhitung dari Terminal Pacitan) : 09.20 WIB, 13.30 WIB, 23.00 WIB
  • Dari Surabaya (terhitung dari Terminal Bungurasih) : 08.34 WIB, 17.53 WIB, 22.40 WIB

Mengingat jadwal keberangkatan bus yang setiap saat, saya sarankan lebih baik kita nunggu di terminal daripada ketinggalan. Karena jika nanti ganti bus di Ponorogo, malah akan membuat waktu lebih lama.

Jika kalian dari Surabaya, misal sampai di terminal Bungurasih waktunya masih lama dan Bus Aneka Jaya belum antri di antrian, saya sarankan untuk menunggu di dekat bus sebelum jalan ke antrian, bisa turun lewat pintu paling ujung, kalau nggak salah ingat yang tidak ada nomernya. Atau tanya saja ke petugasnya, nanti akan dikasih tahu tempat parkirnya, bisa juga waktu ditanya beberapa awak bus, jawab saja “Aneka Jaya pak.” In shaa allah mereka pasti akan memberitahu.

Perjalanan dengan bus Aneka Jaya ini memerlukan waktu kurang lebih sekitar 7-8 jam, sudah bisa dipastikan kita sampai di Pacitan atau Surabaya jam berapa, kecuali kalau macet atau ada aral lintangan yang lain. sebagai contoh, kalau saya dari Surabaya naik yang jam 08.34 pagi maka sampai pacitan kurang lebih pukul 16.00 WIB . Sedangkan kalau dari Pacitan naik bus yang jam 13.30 WIB sampai Surabaya kurang lebih jam 21.00 WIB.

NAIK KERETA API.
Kalau ini pengalaman kakak aku, waktu liburan kenaikan kelas. Karena personelnya tidak hanya satu atau dua orang yang jika naik travel akan sangat memakan biaya. Awalnya dari Pacitan ke Surabaya, kakak aku dan anak-anaknya naik bus, tapi sepanjang perjalanan semua teler alias mabuk darat. Mengingat hal itu waktu balik ke Pacitan dari Surabaya, kakak aku berinisiatif untuk naik kereta api. Di Pacitan belum ada stasiun dan tidak dilewati oleh jalur kereta api. Lalu bagaimana? Kakak aku naik dari stasiun Wonokromo dan berhenti di Stasiun Madiun. Dari Madiun naik travel lagi.

Selain naik travel juga bisa naik Bus, dari stasiun kita naik angkutan umum dulu untuk ke terminal, kemudian naik bus jurusan Ponorogo, dan setelah sampai di Ponorogo baru naik bus menuju Pacitan. Agak sedikit ribet dan panjang.

Itulah beberapa cara menuju ke Pacitan dari Surabaya, semoga membantu kalian yang hendak berkunjung ke Pacitan.





Catatan ; Tulisan ini dibuat untuk mengikuti blog challenge #BlogChallengeSeptember. Untuk tema bebas.

Mungkinkah Orangtua akan menjadi seorang balita lagi?

Mungkinkah Orangtua akan menjadi seorang balita lagi?



Mungkin dari kita pernah mendengar sebuah kalimat “Orang tua akan kembali menjadi seorang bayi”. Awalnya aku bingung dengan kalimat tersebut, apasih maksud dari kalimat ini? Beberapa kejadian yang aku lihat secara langsung memang benar, secara nyata orang tua akan kembali menjadi seorang bayi.
Berikut beberapa penggalan kejadian yang membuat aku mengerti dari kalimat tersebut.

Ini kisah beberapa tahun yang lalu, salah satu Pak Dhe aku sebelum meninggal sempat sakit, ada satu kejadian yang diceritakan kepada aku, bahwa Pak Dhe pernah buang air kecil di celana, waktu sedang duduk di teras, waktu ditanya beliau tidak mengaku. Faktanya, bayi sebelum mengetahui bahwa kalau buang air kecil harus di kamar mandi, pasti akan buang air kecil di celana.

Ini baru kejadian beberapa hari yang lalu, tetangga ku sudah tua aku tidak tahu kisaran berapa usianya, meskipun begitu beliau masih bisa cari nafkah sendiri, karena anak dan cucunya semua merantau ke luar kota. Kemarin sehabis dari pasar beliau terjatuh sampai tidak bisa jalan. Waktu aku berkunjung ke sana beliau sedang tidur di kasur yang sengaja diletakkan di lantai oleh para tetangga yang menolongnya, kemudian meminta ibu saya (kebetulan saya kesana dengan ibu) untuk memijat pahanya yang ternyata selain memar juga bengkak, dan ibu tidak berani meminjat sehingga sama ibu, beliau cuma diusap-usap. Faktanya : Bayi dipijat tidak dengan kekuatan adakalanya juga cuma diusap-usap kenapa karena tulang bayi belum kuat sementara orang tua dipijat dengan diusap-usap karena tulangnya sudah rapuh.

Itu baru dua kejadian, dan mungkin masih banyak fakta-fakta lainnya yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain :

Dalam hal makanan, bayi makan makanan yang masih lunak karena giginya belum tumbuh, sementara orang tua tidak bisa makan makanan yang keras, alot dsb karena giginya sudah banyak yang tanggal.

Balita jalan tertatih-tatih karena ia masih belajar jalan, sementara orang tua tidak bisa di berjalan cepat karena tulangnya sudah mulai rapuh.

Yah itu hanya sebagian kecil dari proses kehidupan, yang memang seperti roda yang berputar.  Saya jadi berfikir mungkin inilah salah satu penyebab terciptanya kalimat “Satu ibu bisa merawat 10 anak dengan kedua tangannya tapi belum tentu 10 anak bisa merawat ibu mereka.”

Bapak pernah bilang, merawat balita sama merawat orangtua memang lebih susah merawat orangtua, serewel-rewelnya balita sekali kamu bentak dia pasti diam, tapi coba orangtua kita yang rewel terus kita bentak, kelar sudah hidup mu kawan.

Ada yang membuat hatiku bergetar, kemarin keponakan aku yang berusia belum ada setahun sudah belajar berjalan, sekarang sudah berani pegangan dengan satu tangan, jadi kayak kita menuntun dia, apa yang membuat aku mengucapkan kalimat dalam hati “Kelak kalau aku sudah tahu, anakku mau menuntu seperti ini nggak ya” dan air mata ini tidak bisa dibendung.







Catatan : tulisan ini untuk diikutkan dalam blogchallenge  #BlogChallengeSeptember, dan temanya bebas.


POTRET SERKAN CAYOGLU YANG MEMPESONA LAHIR DAN BATIN

POTRET SERKAN CAYOGLU YANG MEMPESONA LAHIR DAN BATIN


Siapa disini yang suka nonton drama seri dari luar, entah itu drama korea, drama india, drama turki, drama jepang atau yang lainnya?
Pernah nonton drama turki nggak? Drama turki beberapa tahun yang lalu juga pernah booming di Indonesia, sekarang aku di sini mau ngomongin salah satu artis turki, yess dia adalah Serkan Cayoglu. Udah tahu siapa dia?

Kalau kalian suka drama turki mungkin kalian pernah melihat serial turki yang di Indonesia judulnya dirubah menjadi “Cinta Musim Cerry” ? kalau judul aslinya adalah ” Kiraz Mevsimi”


Serkan disini berperan sebagai Ayaz, sosok playboy yang akhirnya harus tunduk dan takluk kepada sosok Oyku (yang diperankan oleh Ozge Cangurel)


Sosok Serkan inilah menyita perhatianku, dan membuat ku gelap mata. Menurut aku wajah serkan ini keliatan laki banget, tulang rahangnya mempertegas semua itu. tampan sudah pasti. 

Dan berikut beberapa foto dari Serkan Cayoglu yang mempertegas bahwa dia mempesona lahir batin. Semua foto bersumber dari akun instagram pribadi dari Serkan Cayoglu yaitu :@serkancayoglu

Foto Pertama


Kucingnya sepertinya tahu kalau dia foto dengan orang cakep taraf international makanya dia diam saja, kapan lagi foto bareng dengan orang cakep, mungkin seperti itu dalam pikiran si kucing. tapi memang si abang Serkan ini dia sangat pecinta binatang. Tengok aja dipostingan di instagramnya, dia sering kali mengabadikan si kucing ini. Kucing saja di sayang lho, apalagi kekasihnya.

Foto Kedua


Semua pasti setuju bahwa background dalam foto ini sangat menyejukkan mata, tapi sepertinya kesejukkan itu terkalahkan dengan senyum manis si Abang. Pada setuju kan?

Foto Ketiga
Suasana hitam sangat terasa dalam foto ini, apalagi ditambah ekspresi muka si Abang yang menambah suasana menjadi lebih tampak penuh misteri. Tapi semua itu tidak mengurangi, tingkat kegantengan abang, semua pasti setuju?

Foto Keempat 
Foto dari samping seperti ini, kacamata hitam mempertegas karakter si Abang. Foto ini sungguh terlalu, meski abang cuma kelihatan dari samping, tapi Ya ALLAH ini keren banget.

Foto Kelima 
Jika kalian mengira, Abang masih single, kalian salah besar. Inilah potret salah satu kemesraan Abang dengan seseorang yang diduga kekasihnya, iyaap dia adalah aktris turki juga, namanya Ozge. Dia juga yang menjadi lawan main Abang di serial Kiraz Mevsimi. Dan jalinan itu masih sampai saat ini.

bagaimana menurut kalian, si Abang Serkan ini?





Formulir Kontak