Belajar bukan hanya tentang sekolah
dan sekolah. Belajar bukan hanya untuk menambah kepandaian atau kepintaran
saja.
Belajar memang mempunyai makna yang
luas bahkan sangat luas sekali.
Lalu bagaimana dengan belajar
melupakan?
Jika berbicara tentang melupakan,
memang tidak pernah bisa lepas dari yang namanya perasaan atau hati.
melupakan kekasih yang pergi tanpa
kabar mungkin tidak ada artinya jika dibandingkan melupakan calon pasangan yang
pergi untuk selama-lamanya, atau tidak ada artinya untuk sepasang suami istri
yang harus terpaksa berpisah untuk selamanya.
Jadi sebenarnya cerita ini menuju ke
arah mana? Penulisnya saja juga tidak tahu ke mana tulisan ini akan bermuara.
Lalu belajar melupakan itu seperti
apa?
Lalu belajar mengikhlaskan itu juga
seperti apa?
Melupakan butuh proses panjang dan
mungkin tidak akan pernah bisa dilakukan. Tidak percaya coba saja tanyakan
kepada seseorang yang kehilangan keluarganya? Atau tanyakan kepada seseorang
tentang cinta pertamanya?
Yang membekas tidak akan mudah untuk
dilupakan, mengikhlaskan bukan berarti melupakan, melupakan belum tentu
mengikhlaskan.
Lalu ?
Belajar mengikhlaskan? Siapa di dunia
ini yang ikhlas dan rela kekasihnya pergi dan menikah dengan orang lain, siapa
di dunia ini yang ikhlas harus kehilangan sanak saudaranya untuk selamanya.
Tidak ada bukan?
Menurut aku jawabanya bukan melupakan
atau mengikhlaskan tapi berdamai, berdamai dengan apa? Berdamai dengan diri
sendiri dan berdamai dengan keadaan.
Sepertinya, ngomong itu mudah ya?
Bukan sepertinya karena memang kenyataanya seperti itu, ngomong memang mudah
daripada melakuka.
Tapi aku percaya semua itu butuh waktu
dan butuh proses, perdamai dengan keadaan ataupun berdamai dengan diri sendiri
itu juga butuh waktu untuk belajar.
Pernah dengar lagu zaman dahulu yang
liriknya “Dunia belum berakhir walau kau putuskan aku.” Lagu yang dulu
sempat booming yang dinyanyikan oleh
grup Shaden.
Dunia akan terus berputar, tidak
peduli berapa ribu kesedihan dan kebahagian yang kau alami, dia akan terus
berputar hingga ALLAH mengatakan untuk berhenti.
Semua pilihan ada di tangan kita,
berkubang dengan kesedihan atau bangkit untuk menjadi lebih bahagia.
Yuk mulai sekarang siapapun kita
belajar untuk berdamai dengan diri sendiri dan belajar untuk berdamai dengan
keadaan. Namanya juga belajar, jadi butuh waktu dan proses.
"Jika ada kesalahan dalam tulisan ini,
tegur saya ya dan tidak ada maksud untuk menggurui ataupun merasa lebih baik
dari siapapun, tulisan ini juga sebagai pengingat diri saya sendiri, yang masih
suka ngeluh dengan keadaan, yang masih suka nangis kalau ingat seseorang."
Tidak ada komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak. j