Lebaran kurang
beberapa hari lagi, semua umat Islam dengan sukacita menyambut hari idul fitri.
Persiapan yang mereka siapkan sudah dimulai jauh-jauh hari. Ratusan ribu bahkan
jutaan rupiah rela mereka keluarkan untuk sekedar membeli kue lebaran, baju baru,
bagi-bagi THR, membeli perabot rumah baru.
Rahma memastikan
kembali barang-barang yang akan ia bawa mudik ke kampung, ia akan berangkat
naik mobil travel malam ini dengan jadwal berangkat setelah shalat tarawih atau
sekitar jam 21.00 wib. Sudah hampir 5 tahun ia bekerja di Ibu Kota Negara
Indonesia. Semua persiapan telah Rahma lakukan sejak puasa hari pertama. Baju
lebaran buat kedua adiknya, buat kedua orang tuanya, serta kue-kue lebaran buat
nanti di hidangkan di rumah, dan jangan lupa oleh-oleh buat tetangga Rahma.
Rahma ingin membuat orang tuanya bangga dan ingin mengatakan kepada seluruh
tetangganya bahwa ia sudah berhasil di Jakarta, biarkan hanya dirinya dan Tuhan
yang tahu bagaimana ia menjalani kerasnya kehidupan ini demi bertahan hidup.
Rahma hendak
keluar rumah untuk membeli beberapa menu takjil yang akan ia gunakan untuk buka
puasa hari ini, tapi ia dikejutkan dengan seseorang perempuan tua yang sedang
duduk di teras rumahnya, ia tampak kelelahan, ujung kain jarik lusuhnya ia
gunakan kibas-kibasnya berharap bisa memberi kesejukan ditengah panasnya hawa
kota Jakarta.
“Maaf mbak, saya
numpang istirahat sebentar.”
“Mbah kayaknya
capek banget, habis dari mana? Mbah puasa nggak hari ini?”
“Saya jualan Mbak
jadi keliling, Alhamdulilah masih puasa mbak saya.”
Ada rasa tak biasa
yang Rahma rasakan saat mendengar nenek-nenek di depannya mengatakan bahwa ia
masih puasa. Ia mengutuki dirinya sendiri yang kadang-kadang masih suka bolong
puasanya.
“Mbah jualan apa?”
Rahma tiba-tiba ikutan duduk di samping Mbah.
“Ini Mbah jualan
kue gandos, sama nasi uduk. Ini semua mbah sendiri yang buat tapi dibantu cucu
mbah.”
Rahma kemudian
membuka dan melihat ke tempat jualan.
“Aku beli semua
aja ya mbah, kebetulan aku tadi mau beli makanan buat buka puasa.”
Si Mbah girang
bukan main, daganganya hari ini laris, kue gandos yang tinggal 2 bungkus dan
nasi uduk tinggal 2 bungkus semua dibeli Rahma, setelah membayar Rahma meminta
Mbah untuk menemaninya berbuka puasa, karena memang sebentar lagi Adzan. Dari
obroal sore itu Rahma tahu bahwa mbah itu bernama Mbah Sumi.
“Alhamdulilah
Mbak, karena mbak Rahma akhirnya Mbah bisa membelikan baju buat cucu mbak, ia
ingin baju yang gambarnya elsa. Mbah gak ngerti Elsa iku siapa, katanya si Nur,
Mbah suruh tanya ke penjualnya. Anak kecil sekarang sudah pada tahu kalau
lebaran kudu beli baju baru.”
Rahma masih
mendengarkan cerita Mbah Sumi. Beberapa orang lalu lalang di depan rumah Rahma,
tapi fokus Rahma masih ke obrolannya dengan Mbah Sum.
“Mbah dari dulu
gak pernah beli baju baru, beli baju paling beli yang bekas aja, suka nangis
pas mamak gak bisa belikan baju buat mbah, makanya mbah sebisa mungkin
membelikan baju baru saat lebaran kepada cucu mbah. Buat apa beli baju baru,
mbah lebih memilih mempersiapkan baju terakhir Mbah, biar nanti nggak
merepotkan Nur.”
Percakapan dengan
mbak Sumi begitu mengetuk relung hati Rahma. Ia teringat sesuatu Rahma segera
pamit sebentar ke Mbah Sumi. Dengan perasaan gembira ia menyerahkan sebuah
bingkisan kepada Mbak Sumi.
“Ini apa Nak”
“Ini ada hadiah buat
Mbah Sum dan Nur, ada baju gambar Elsa buat Nur, dan ada gamis baru juga buat
Mbah Sum, lalu ada beberapa kue lebaran buat nanti lebaran mbah.”
“Ya ALLAH Nak,
terimakasih banyak. Mbah nggak bisa kasih apa-apa buat membalasnya, Mbah cuma
bisa mendoakan semoga hidupmu dan keluargamu selalu penuh berkah dan barokah ya
Nak.”
“Amiin,
terimakasih Mbah atas doanya.”
Suara deru sepeda
motor mengalihkan perhatian Rahma dan Mbah Sum.
“Mbah Sum, itu aku
udah pesan ojek buat mbah Sum, nanti Mbah Sum bilang aja ke Abang Ojeknya
alamatnya dimana.”
“Ya ALLAH,
terimakasih banyak, Nur pasti senang dan semoga selalu bahagia kamu ya.”
Ciuman di pipi
kanan dan kiri dari Mbah Sum, membuat aku tidak bisa menahan laju air mata ini.
“Selamat hari Raya
Idul Fitri ya Mbah, mohon maaf lahir batin. Bang hati-hati ya bawa motornya.”
Suara deru motor
Abang Ojek dan Mbah Sum sudah berbaur menjadi satu dengan ribuah orang di
jalanan. Semoga Mbah Sum dan Nur bisa merayakan lebaran tahun ini dengan baju
baru.
-----End-------
Noted :
- Sumber gambar untuk cover di ambil dari :pixabay.com
- Tulisan atau cerita pendek ini sengaja diposting untuk mengikuti challenge #30HariKebaikanBPN #30DaysRamadhanBlogCHallenge yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network (BPN), dan ini untuk tema hari ke-24
![]() |
info detail hanya di : bloggerperempuan.co.id |
Tidak ada komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak. j